Kak Alfath berbalik pergi, buru-buru aku mencegah langkahnya dengan menarik tangannya. Kak Alfath menepisnya pelan, membuatku segera menarik tanganku kembali. Pria itu berbalik menghadapku, jemari telunjuknya menunjuk tepat di keningku. “Cukup sudah kesabaranku. Kamu tidak bisa diajak bicara Bahasa manusia, maunya diajak bicara pakai Bahasa apa?” tanya Kak Alfath. Kentara sekali raut geramnya. Aku diam, dalam otakku terus memikirkan kata-kata agar kak Alfath tidak marah. Lagian, hanya gara-gara Kak Anggara saja, Kak Alfath marah begini. “Mau pakai Bahasa tumbuh-tumbuhan? Maaf aku gak bisa!” ujar Kak Alfath kembali membalikkan tubuhnya. “Eh eh eh … mau ke mana?” tanyaku menarik kembali tangan kak Alfath. “Kak Alfath kan sudah jauh-jauh datang ke sini, ayo masuk dulu!” ajakku menarik