39. Jangan marah-marah

1841 Kata

Aku dibonceng kak Alfath untuk mencari alamat pemesan bunga. Tanganku melingkari pinggang Kak Alfath lantaran pria itu yang memaksa. Walau begitu, aku sangat nyaman di posisi ini. Meski dulu pernah aku menolaknya, tapi lama-lama juga jadi kebiasaan juga. “Ini di mana sih? Bener gak kak kalau ini jalan Pahlawan?” tanyaku pada kak Alfath. Tempat ini sungguh terasa asing bagiku. “Iya ini tempatnya. Di alamat itu blok berapa?” tanya Kak Alfath. “Di blok B nomor dua.” Kak Alfath melajukan motornya dengan lumayan cepat. Mataku sampai tidak bisa terbuka dengan lebar saking anginnya berhembus kencang. “Kak, pelan-pelan!” “Biar cepat, Adiva. Aku lapar, mau mengajakmu makan di tempat yang enak,” jawab Kak Alfath. “Eh itu, Kak. Rumah warna merah muda!” tunjukku pada sebuah rumah yang suda

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN