Sudah menjadi rutinitas bagi Eros setiap hari kamis adalah waktu dia untuk berbelanja mingguan. Kalian tau sendiri jika Eros itu tinggal sendirian, menjalani hidup penuh mandiri membuat Eros harus pandai-pandai mengatur waktu, untuk sekolah, belajar, membersihkan rumah, dan mengisi perut. Apalagi Eros ini bukan tipe orang yang suka makan-makanan junkfood, mungkin bisa sih dia terus membeli makanan di luar, tapi menurutnya itu akan sangat membuang-buang uang lebih banyak, jadi Eros memilih memasak makanannya sendiri, meski itu hanya nasi dengan telor pun.
Mesk begitu Eros juga tidak makan terus melulu, itu hanya ibarat saja. Eros sudah cukup pandai masak, dengan proses belajar berapa tahun terakhir akhirnya sekarang Eros sudah bisa memasak berbagai macam makanan, baik yang ringan maupun berempah. Hidup simple dan teratur Eros akhir-akhir ini memang memuatnya mau tak mau menjadi pribadi yang lebih baik.
Seperti yang Eros bilang jika hari kamis yakni hari ini adalah jadwal Eros berbelanja, dan sepulang sekolah tadi Eros pun menyempatkan diri untuk mampir di minimarket terdekat.
Akan tetapi siapa sangka, ketika Eros sudah mengambil segala sesuatu yang dia butuhkan seperti daging, telur, minyak, sampai bumbu-bumbu masakan, Eros malah bertemu dengan sosok gadis _yang jujur masih cukup mengganggu fikirannya itu_ tepat di antrian kasir, yups ..., dia adalah Lili.
Eros dapat melihat jika gadis itu _Lili_ juga berbelanja, namun bedanya semua yang Lili beli adalah makanan-makanan tidak sehat macam mie instan, minuman kaleng bersoda, juga chiki yang jelas semua mengandung banyak msg. Wow, cukup buruk juga gaya hidup gadis itu.
Tapi bukan itu masalahnya, hanya saja entah kenapa Eros merasa jika Lili tidak mau melihatnya. Walau barang sedetik kalau bisa tutup mata, tutup mata loh itu dia. Eros juga bingung kenapa Lili nampak sebegitu tak sesukanya kepadanya, padahal Eros tak melakukan apapun? Sampai tadi saat setelah Eros membantu mengambilkan makanan ringan Lili yang jatuh, gadis itu juga sama sekali tak perduli dengannya dan malah buru-buru pergi.
Yang Eros ceritakan ini hanya pengalamannya tadi, sedangkan dirinya saat ini sudah tiba di rumah sekitar satu ja yang lalu. Dia sudah mandi dan berganti pakaian juga. Tidak hanya itu, Eros juga baru saja selesai memasak, menggoreng satu telur dan menumis kangkung. Jadi saat ini pria itu tengah menyantap makanan yang ia buat.
Sesi maka Eros benar-benar sunyi seperti biasanya, ralat tidak se sunyi itu juga, tetap ada suara dentingan sendok dan piring yang saling beradu dalam proses mengambil makanan.
Tidak butuh waktu lama Eros menyantap makanan. Setelah dia selesai, dia juga bergerak untuk membersihkan semuanya sendiri, mencuci peralatan makan dan lain-lain. Tak lupa dia juga menyimpan sisa sayur kangkung yang di masak tadi kedalam kulkas, lumayan besok pagi bisa Eros hangatkan lagi.
Kalau boleh jujur di dalam setiap kegiatan yang Eros lakukan, sosok LIli sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk dirinya tidak memikirkan gadis itu, baik ketika mandi masak, maupun makan tadi. Bisa di bilang dalam diam Eros, otaknya itu masih saja bekerja.
Eros cukup takut sebenarnya jika terus-menerus seperti ini. Apa yang akan terjadi jika setiap hari Lili terus hinggap di pikirannya? ... Apakah Eros akan gila? Ah ... bisa jadi, kalau ini berkelanjutan.
Drttt ...
Eros yang baru saja selesai mencuci piringnya itu, sontak menoleh mendengar suara getaran yang berasal dari ponselnya, oleh karena itu, Eros buru-buru bergerak untuk mengambil ponsel, sebab getaran di ponselnya malah tak kunjung berhenti.
Drttt ... Drttt ... Drttt ... Drttt ... Drttt ...
Eros pikir ada sebuah panggilan masuk, tapi ternyata itu hanya pesan singkat yang di kirim secara beruntun.
Tepat saat Eros membuka aplikasi chating itu dan grup yang tersemat di bagian paling atas, mata Eros langsung saja melihat banyak sekali foto dirinya sendiri yang di kirim oleh seseorang yang tak lain tak bukan adaah Rio.
Rio:
[pict]
[pict]
[pict]
[pict]
[pict]
[pict]
[pict]
[pict 9+]
Banyak foto yang di kirimkan Rio adalah foto candid, yang dapat Eros tebak di ambil oleh banyak gadis tadi siang, mungkin memang siapa lagi. Cukup tidak menyangka sebenarnya, apalagi foto-foto ini nampak bukan amatir, begitu jernih malah seperti di jepret para fansite handal.
Ah, apa mungkin benar ya? Karena semua foto-foto itu memiliki copy right nama di bagian bawah foto, cukup kecil memang tapi Eros melihatnya.
'OverAeros'
Apa-apaan ini? Eros tentu kaget, tidak mungkin ada orang yang rela memfotonya dan memberi cr dengan ada namanya?
Drttt ... Drttt ...
Pesan singkat kembali masuk, tapi bukan sekedar foto seperti tadi.
Rio:
'Eros ganteng amat huhu.'
'Mana udah punya fanbase.'
Drttt ...
Aden:
'Iri lo? Eros mah, cakep, otaknya pinter. Banyak yang bisa di banggain pula. Lah elu?'
Rio:
'Ye, si bahlul. Kapan sih loh coba nyenengin hati gue dikit aja? Nyakitin mulu deh perasaan.'
Astaga, Eros baru sadar, apa memang Rio dan Aden ini selalu bertengkar di banyak kesempatan? Karena dua hari ini Eros lihat mereka berdua lebih sering bertengkar dari pada akurnya.
Merasa perlu menenangkan hati Rio sedikit, Eros pun mengetikkan sesuatu.
Anda:
'Lo ganteng kok Yo.'
Aden:
'Kalo dari belakang, gitu kan Ros maksud Elo?'
Ah, sudah lah ... Memang kalau telah di setting sering gelut sejak awal ya Eros tidak bisa menolong.
Rio:
'Woilah, Aden dugong. Gue liat-liat makin sekate-kate aja lo ama gue ya.'
Rio:
'Woii, ngilang lo @AdenTA1'
Sepertinya Eros harus memutus tali pertengkaran ini lagi pun memang ada sedikit yang perlu Eros tanyakan pada Rio.
Anda:
'Btw, dapet fotonya dari mana Yo?'
Drttt ...
Rio:
'Dari grup kelas.'
Dahi Eros berkerut membaca itu. Pasalnya, grup yang juga menaungi nomornya itu tidak ada tanda-tanda kehidupan, grup yang hanya di gunakan dua hari sekali atau beberapa hari sekali, ketika menentukan tugas kelompok atau lain sebagainya.
Lalu bagaimana mana bisa Rio berkata mendapat foto dari grup kelas.
Anda:
'Tapi grupnya sepi.'
Rio:
'Oh itu. Ini grup kelas tanpa elo wkwk.'
'Jan bilang siapa-siapa yak.'
Aden:
'Dasar ember bocor.'
Rio:
'Biarin wleee @AdenTA1.'
'Bukan gue adminnya Ros. Gue cuma di masukin.'
Anda:
'Iya nggak papa.'
Memang mau bagaimana lagi, lagi pun dia juga tidak perduli kalau tidak di masukkan di grup. Ia tidak suka chatingan di sana. Kalau grup CGV ini beda, Eros masih mau membalas karena hanya Beni dan dua kunyuk ini saja di dalamnya.
Rio:
'Btw, foto lo di perjual belikan tuh. Itu fotonya soalnya di dapet dari orang moto handal.'
Hah ... Eros sedikit terkejut. Tidak heran jika kwalitas gambaran begitu bagus sampai terlihat seperti di jepret dari kamera yang juga sangat bagus. Tapi kenapa Eros tida sadar ketika di foto.
Rio:
'Lo nggak papa nih? Nggak marah?'
Aden:
'2'
Anda:
'Biarin aja.'
Memang mau bagaimana lagi. Eros tidak mungkin mencak-mencak dan meminta mereka berhenti.
____
Rio mengetik ...
Aden mengetik ...
____
Kegiatan chatingan bersama teman barunya itu mau tak mau harus berhenti ketika ada panggilan telepon yang tiba-tiba masuk ...
Panggilan dengan nama kontak 'Om Anto' itu langsung saja Eros terima. Malas sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi. By the way, nomor kontak ini lah orang yang juga menelpon Eros terakhir kali, yang mengatakan kalau uang bulanan telah di transfer.
Yups. Orang itu, atau om Anto itu lah yang selalu memberi uang pada Eros, hanya saja Eros tidak pernah sudi menggunakannya, sebab Eros tau betul dari mana asal uang yang di berikan.
Panggilan terhubung ...
"Hallo, Eros ..." Suara dari seberang sana langsung menyapa pendengaran Eros.
"Iya," balas Eros biasa saja, atau malah cenderung tak berminat.
"Apa kita bisa ketemu sebentar. Tapi om nggk bisa pergi ke rumah kamu."
"Ada apa?"
"Om mau memberikan sesuatu sama kamu. Ini penting." Dari suaranya sih terdengar meyakinkan dan itu penting. Tapi jujur saja menjawab telepon ini saja malas, apalagi bertemu kan.
"Di mana?" Hanya saja lagi-lagi Eros tidak mungkin menolak.
"Di dekat kantor om aja ya. Soalnya om hari ini lembur."
"Okay," Akhirnya mau tak mau Eros harus kembali menurunkan ego dan pergi bertemu.
"Okay, om tutup. Alamatnya om kirim lewat chat."
"Iya."
Tut ...
Panggilan itu berhasil terputus, dan Eros langsung keluar dari aplikasi pesan singkat. Untuk membaca alamat sendiri, Eros akan mengecek nanti saja. Pria itu juga mengabaikan dua kunyuk yang ternyata masih sibuk di grup CGV, Eros sudah tidak mood membalas chating.
Mungkin kalian penasaran siapa Om Anto ini, dia bukan hanya yang memberi Eros uang perbulan. Tapi Om Anto juga orang yang sering membantu Eros, walaupun Eros tidak memintanya.
Om Anto pria paruh baya yang mungkin berusia empat puluhan itu sudah seperti menganggap Eros anaknya, walau Eros lagi-lagi tidak menganggap demikian.
Anto hanyalah teman mamanya dulu, juga teman baik papanya. Dan beberapa tahun terakhir ini Om Anto lah yang lumayan mengurusi kebutuhan finansial Eros.
Hanya saja Eros sudah bilang, jika dia tidak akan menggunakan uang yang dikirimkan. Eros sudah memiliki cukup uang, Eros pandai menggambar design grafis, jadi dia memanfaatkan bakatnya itu untuk mencari uang di kala waktu longgar. Membuat logo, mendesign baju dll, semua Eros terima, sebenarnya tidak hanya itu sih tapi ..., Yang Beni tau dari Eros juga hanya itu, Eros sudah menjadi freelance di masa SMA.
Eros berjalan menuju kamarnya, hendak berganti pakaian. Tidak berganti juga sih, dia hanya menambahkan jaket bomber untuk menutupi kaos polo-nya juga celana jeans lagi-lagi untuk melapisi celana boxer rumahannya itu.
Setelah merasa siap, Eros menyomot kunci motor dari dalam laci. Mungkin kalian terkejut, sosok Eros yang kalem dan selalu berangkat sekolah naik angkutan umum itu juga memiliki motor. Bukan motor biasa melainkan, motor besar yang harganya juga tidak murah itu.
Eros berjalan keluar rumah, mengunci semua pintu rumahnya sebelum pergi, berlanjut menuju garasi di mana motornya berada.
Di dalam garasi tidak hanya terdapat motor, tapi juga ada satu mobil lain yang mungkin ia dapat tiga tahun yang lalu. Lagi-lagi mobil itu di berikan oleh Anto, makanya Eros jarang hampir tidak pernah memakai, Eros sering di marahi oleh Om Anto karena itu, tapi Eros tidak perduli.
Sesuai aturan berkendara, Eros juga memakai helm full face warna hitam, yang senada dengan motor besar merk Kawasaki ninjanya itu.
Setelah itu Eros benar-benar keluar dari area rumah menuju lokasi yang di tuju, yakni sebuah cafe di pusat kota. Bukan Eros yang menentukan tapi, Om nya, Eros sudah melihat alamat yang dikirimkan.
Di dalam hati Eros sudah memikirkan apa yang akan om Anto berikan, Eros pasti akan sangat kesal jika usahanya keluar seperti ini sia-sia, jika apa yang om Anto sampaikan bukan hal penting.
Kali ini Eros memilih menggunakan motor karena dia masih waras untuk tidak repot-repot menggunaan bus, apalagi bus sudah tidak beroperasi lagi saat jam 10 malam, Eros ingin cepat pulang dan menggarap design yang di pesan customer. Jadi menggunakan motor adalah pilihan terbaik.
Butuh waktu sekitar 20 menit untuk Eros sampai di lokasi tujuan. Tiba di sana Eros segera memarkirkan motor besarnya itu di pelataran khusus parkir motor. Setelah itu langsung memasuki area dalam cafe.
Tempat itu tidak terlalu ramai tapi tetap cozy, mungkin itu juga yang menjadi alasan Om Eros meminta bertemu di sini.
Eros mengambil tempat duduk yang menurutnya paling pas dan nyaman, dimana tempat itu di sesuaikan agar Om Anto akan langsung melihat sosok dirinya ketika tiba nanti.
Sembari menunggu, Eros memainkan ponselnya untuk membaca pesan absurd dari duo kunyuk, yakni Rio dan Aden.
Dan lima menit berikutnya sosok yang Eros tunggu-tunggu datang juga, pria dewasa yang memiliki jenggot tipis nampak begitu berwibawa sebenarnya.
Om Anto langsung melihat Eros dan menghampiri.
"Udah lama sampai?" tanya Om Anto saat baru saja duduk tepat di depan Eros.
Eros menggelengkan kepala pelan. "Belum,"
Belum ada percakapan lagi di antara mereka berdua, jadi Eros memutuskan melihat sekitar lagi. Namun siapa sangka, sudut matanya malah menangkap sosok yang tidak asing di pandangannya.
Lili ...
Gadis itu juga ada di tempat ini?
Eros cukup terkejut tentu ..., Sampai dia melirik lebih untuk memastikan.
Benar saja memang, Lili ada di sana duduk di bagian paling pojok ruanagn. Akan tetapi yang membuat Eros makin shock itu adalah pakaian yang di gunakan gadis itu, bisa di bilang ... cukup terbuka untuk ukuran pergi ke cafe, yups begitu.
Eros kira pakaian seragam sekolah yang sangat tidak mencerminkan pelajar itu sudah yang paling terbuka. Tapi ternyata Eros salah besar, karena kali ini pakaian Lili jauh lebih terbuka.
Tanpa sadar Eros mendengkus pelan. Apa memang Lili selalu seperti ini? Atau malah lebih parah lagi biasanya? Pasalnya pergi ke cafe saja bisa seterbuka itu, apalagi pergi ke club, pub, atau tempat-tempat penuh dosa lainnya. Bisa-bisa Lili malah hanya menggunakan dalaman saja ke sana.
Tanpa sadar perubahan ekspresi yang Eros berikan tersebut, berhasil menjadi perhatian penuh pria yang duduk di depan Eros itu.