Malam ini, sekitar pukul 19.00 pm, Lili sudah berada di parkiran sebuah hotel bintang lima di kota. Karena besok hari libur, Lili dan Ellie memutuskan untuk staycation di hotel kota mereka.
Kalian ingat jika Lili memang sudah janjian dengan Ellie, dan sebelum ke hotel atau sore tadi Lili dan Ellie baru saja pergi dari pemakaman umum di mana kaka Lili berada, mereka berziarah kubur untuk mengganti hari sebelumnya yang Lili malah pergi ke cafe.
Lili ingat dengan kejadian sore tadi, saat pulang sekolah tepatnya. Dia jujur menyesal telah menaiki Bus, bukan karena kejadian dia dilecehkan. Tapi Lili tidak mau bertemu kembali dengan Eros si adik kelas viral.
Tapi karena tadi juga sudah terlanjur, Lili anggap saja hari ini sebagai acuannya di masa depan, yang mana tidak akan dia ulangi lagi.
"Ell, cepetan napa!" Lili berdecak sebal berdiri di luar mobil. Matanya menatap sengit Ellie yang masih sibuk berada di dalam mobil, entah apa yang di lakukan.
"Ih, iya-iya bentar." Balas Ellie dari dalam tanpa melihat Lili, walau tau dari nada suaranya saja Lili sudah seperti macan mengamuk.
"Gue tinggal nih!" ancam Lili sudah tidak tahan. Tapi Ellie kembali membalas dengan sebuah teriakan.
"Ya jangan dong."
Ck, Lili hanya bisa berdecak. Bukan perkara Ellie yang lama di dalam mobil, tapi karena teman sebangkunya itu sangat rempong. Saking rempongnya, Lili harus berdiri di luar mobil selama 5 menit dan Ellie itu tetap tidak kunjung keluar.
Okay, kalau di lihat sekilas mungkin sebenarnya Lili yang akan begitu rempong. Tapi kenyataannya tidak sama sekali.
Staycation 24 jam saja Ellie sudah membawa satu koper penuh dengan sau tas jinjing besar. Yang padahal kalau Lili, hanya membawa tas slempang satu dan totebag berukuran sedang.
Hell, se rempong-rempongnya Lili menjadi wanita selama ini, rupanya dia tidak bisa di bandingkan dengan kerempongan Ellie itu. Entah apa yang gadis itu bawa, sampai kerepotan membawa turun barang dari dalam mobil Lili.
"Bentar," ucap Ellie yang ternyata baru saja keluar dari dalam mobil itu.
"Salah sendiri bawa barang banyak banget!" cibir Lili tidak merasa bersalah, padahal teman sebangkunya itu tengah kesusahan.
"Lo juga banyak." Ellie membalas dengan tawa ringan tak merasa terbebani telah membuat Lili menunggu, padahal jelas di lihat sekilas saja sudah nampak siapa yang akan membawa banyak.
"Anjink, banyakan lo lah." Lili berucap nyolot tanpa menoleh ke arah Lili, dan melanjutkan jalan cepatnya.
"Iya-iya, banyakan gue puas?"
Lili menoleh ke arah Ellie yang berada di belakangnya, lalu tersenyum sinis, "Enggak." Dan setelah itu Lili melanjutkan langkah dengan begitu lebarnya, sampai Ellie tertinggal cukup jauh, sebab kesulitan mengejar.
"Ye ... Tungguin!" Ellie berteriak, tapi Lili tak menggubris dan terus berjalan. Jadi mau tak mau Ellie harus berusaha keras mengejar, dengan segala beban koper dan tas jinjingnya, Ellie sedikit berlari agar mengikis jarak antara dirinya dengan Lili.
Dan dengan segala usaha sampai peluh keringan bercucuran, akhirnya sampailah Ellie di samping Lili yang sudah berdiri di depan meje resepsionis _mulai mengisi data-data_.
Telah selesai dengan urusan itu. Lili pun mendapat satu kartu akses kamar yang akan mereka tempati malam ini. Lili tidak memesan kamar master, dia memesan yang di tengah-tengah. Menurutnya hotel ini saja sudah bintang lima dan bagus, jadi tidak perlu yang top nomor satu saja juga sudah nyaman.
"Ayo," Lili mengajak Ellie yang berdiri melamun. Bukan melamun sih, lebub tepatnya fokus ke arah sekitar.
"Iya ..."
Lili dan Ellie pun berjalan beriringan menuju lift, Lili juga sudah tidak berjalan cepat dan mengerjai Ellie.
"Btw, kok rame banget ya Li," celutuk Ellie tiba-tiba. Memang yang membuat Ellie sedikit melamun itu ya karena suasana ini.
Banyak orang berdatangan dengan pakaian bagus-bagus tapi santai, dan lagi, mereka nampak masih sangat muda, mungkin berusia sepantaran mereka sih.
"Entah," jawab Lili acuh, lagipun untuk apa perduli dengan keadaan sekitar. Tidak perlu berfikir panjang, harusnya Lili sudah faham jika mungkin keadaan ramai sebab ballroom hotel ini tengah di sewa dan di adakan acara. Dan mungkin yang menyewa adalah anak muda.
"Tapi ya Li __"
Baru saja Ellie hendak bersuara, Lili sudah lebih dulu menyela. "Udahlah ayok cepet, jangan kepo. Gue pengen ke kamar dan mandi." Lili tidak berbohong, tubuh Lili memang terasa lengket dan ingin membersihkan diri sebelum nanti mereka makan.
"Iya-iya," Ellie menyerah. Lili memang seperti ini, jadi Ellie harus mengalah dan memaklumi. Alhasil mereka cepat-cepat menghampiri lift, dan masuk ke sana.
Lili menekan tombol lantai 7 di mana kamar yang mereka pesan berada.
Ting ...
Pintu lift tertutup perlahan, seiring dengan seseorang dari kejauhan yang nampak mengerutkan kening sedetik sebelum pintu lift tertutup sempurna.
*****
Setelah sampai kamar hotel tadi, Lili tidak bohong jika sudah ingin cepat mandi. Dan benar di sana di langsung melaksanakan niatannya itu, sedangkan Ellie sibuk dengan barang-barang bawaannya.
Sekitar kurang lebih 2 jam an, Lili baru selesai dengan aktivitas masing-masing di kamar, seperti mandi dan lain-lain. Alhasil jam segini, Lili dan Ellie baru turun ke lantai bawah di mana restauran hotel berada. Mereka berdua akan menyantap makan malam di sana.
"Gara-gara lo sih mandi lama," gerutu Lili dengan kaki yang masih berjalan beriringan bersama Ellie menuju restauran yang mereka bicarakan.
Ellie yang mendengar gerutuan Lili ya sontak menganga lebar tidak percaya, oh s**t! "Astaga Li, lo fitnah banget, lo juga lama loh, 1 jam."
Bagaimana bisa Lili mengatakan Ellie menjadi terlalu lama, yang padahal pelaku mandi 1 jam adalah Lili sendiri.
"Tapi lo yang terakhir dan lama. Dua kali loh haru ini lo bikin gue nunggu!"
Ellie makin menganga dengan alasan Lili yang Lili lontarkan.
Woyyy ...
"Nggak habis pikir gue sama lo Li." Ellie menggeleng pelan _yang sudah mengatupkan bibirnya itu_.
Menyadari Lili masih saja mendesis, Elli langsung berinisiatif bersuara kembali. "Yo dah, lo maunya apa? Gue minta maaf gitu?"
Dih,
"Enggak!" balas Lili ogah-ogahan.
Greget juga Ellie lama-lama, walaupun dia tak dapat berbuat apa-apa sih, "Emang harusnya gitu, gue juga ogah."
"Dih. Tapi lo bikin gue nunggu, gue keburu laper."
Kan, kan ... Ada saja jawaban Lili dengan gerutuannya itu.
Ah terserahlah!
"Tadi sebelum check in gue bilangin makan dulu nggak mau." Bukan salah Ellie juga lhoh, sebab sejak awal memang Ellie sudah menawari pilihan demikian. Tapi dasarnya Lili tidak dapat di tawar kalah sudah memiliki tujuan, jadi ya Ellie hanya ngikut saja walaupun sudah lapar tadi.
"Ya terserah gue dong, badan gue keburu lengket." Lihatlah ini salah satu contoh jawaban real Lili. Padahal kalau sudah begitu, ya harusnya santai saja telat pergi makan malam.
"Dasar rubah," gumam Ellie menggerutu.
Meski begitu Lili masih dengan sangat jelas mendengar apa yang Ellie katakan.
"Gue masih denger ya!" ucap Lili seraya mendengkus pelan.
Ellie menoleh menatap Lili, dan tersenyum jahil ke arah Lili. "Emang sengaja."
"Ck, s****n nih bocah." Ingin sekali Lili menggetok kepala Ellie, tapi ya dia tidak mampu.
Meski kadang Ellie mengesalkan, sebenarnya sikap Ellie ini tidak selalu gadis itu tunjukkan ke pada Lili. Ellie kadang tetap memberi perasaan segan terhadap Lili. Seburuk-buruk Lili, Ellie menganggap Lili adalah teman sekaligus pelindungnya. Sikap Lili yang tegas kadang nampak seperti role models nya.
Baik Lili maupun Ellie tak memulai percakapan kembali sampai ketika mereka berhasil memasuki _selangkah_ area restauran hotel.
"Wow ... Jam segini ternyata masih rame banget." decak kagum Ellie tak dapat di tahan, melihat suasana restauran yang bisa di katakan hampir full.
Lili jiga luamyan kaget, tapi dia tak menyuarakannya. Tapi ya mau bagaimana lagi memang, "Biarin rame, gue pengen cepet makan."
Ellie akhirnya mengangguk setuju, matanya menatap sekeliling mencari tepat kosong yang mungkin dapat mereka duduki.
"Duduk di sana aja ..."
Eh,
Akan tetapi ketika melihat sekitar, Ellie malah salah fokus terhadap seseorang yang duduk di meja bagian pojok menatap Lili dengan diam. Kenapa Ellie sampai sadar, ya karena salah satu tempat kosong berada di samping meja pria yang Ellie maksud.
Siapa lagi kalau bukan Eros!
"Eh itu bulannya Eros? Wow gilak-gilak, beneran ganteng banget ya di liat secara live."
Ketika baru menginjakkan kaki ke area restauran tadi saja Lili sudah menyadari jika ada Eros, beserta ke tiga temannya di tempat ini, tapi Lili berusaha tidak perduli dan diam saja. Namun nyatanya Ellie malah membahas dengan nada tak santai a.k.a terllau senang bukan main.
"Ck. Jangan lebai." Lili berdecak.
"Tapi beneran loh Li, di ganteng. Tapi kenapa ya dia natap lo terus?"
Kalau Ellie bertanya pada Lili, lalu Lili harus bertanya kepada siapa?
"Dia emang punya mata, emang nggak boleh." Jawab Lili seadanya, dan mulai berjalan penuh ke eleganan, di ikuti Ellie di sampingnya.
"Iya sih, nggak papa deng, lagi pun gue ikut kecipratan di tatap sama cogan hehe." Malah senang lhoh Ellie ini. Padahal di tatap orang-orang penuh, akan cukup mengganggu dan menakutkan.
"Dih."
"Tapi sebenernya yang natap lo bukan hanya Eros, tapi temen-temen Eros juga tamu-tamu lain." lanjut Ellie, tapi tak di tanggapi Lili. Apa Ellie baru menyadarinya? Kalau Lili sih sudah sedari tadi.
Entah semua orang menatap sebab cara berpakaian Lili hang cukup terbuka atau apa, tapi yang jelas tatapan laki-laki di sini masih sama seperti biasanya. Lapar, kagum, dan mungkin menganggap Lili bisa menjadi mangsanya.
By the way, mungkin alasan Lili hanya membawa toteback ketika kemari juga di dasari dengan pakaian-pakaian Lili yang minim nan tipis, jadi tidak membutuhkan space tempat yang lebar seperti Ellie. Saat ini saja Lili hanya memakai celana bahan jeans ketat super pendek dengan atasan corp top jaring-jaring _sedikit lebar_ sehingga menampakkan sport-b*a hitam ber-merek 'Calvin Klein' yang Lili pakai.
"Gue tau," jawab Lili acuh.
Tanpa perlu Lili mengutarakan, sebenarnya ada satu lagi selain Eros yang cukup menggangu mata Lili.
Yakni mereka ...
Yups, 'mereka' a.k.a lebih dari satu orang.
Yang Lili maksud dengab mereka adalah jajaran mantan pacar Lili, yang entah kenapa bisa berada di sini juga. Salah satunya mantan yang tadi sore dia beri hadiah pukulan, siapa lagi kalau bukan Ilham. Dan jumlah mantan Lili di sini ada tiga orang, ketiganya baru putus satu bulan belakangan, seperti Ilham lah contohnya beru putus belum ada 48 jam.
"Ayo,"
Lili ternyata bergerak menuju satu tempat duduk yang kosong, dan tempat itu adalah hang Ellie maksud tadi berada di samping meja Eros dan ketiga temannya.
Dan akhirnya sampailah Lili di tempat yang mereka tuju. Lili benar-benar tak menganggap Eros ada, tidak perduli laki-laki itu atau semua orang yang menatapnya, Lili hanya langsung duduk diam nan santai menunggu waiters untuk menghampiri mereka.
Ellie yang juga sudah duduk seperti Lili mulai mencondongkan badannya hendak berbisik pada Lili.
"Kenapa restorannya rame poll gini ya Li? Ini jelas pengunjungnya para anak muda yang tadi dateng Li." Ellie begitu terheran. Kalaupun ada acara di ballroom kenapa restauran nya malah ikut-ikutan ramai.
Lili tak berniat menanggapi Ellie, karena mata Lili menangkap seseorang yang menghampirinya.
Yakni, ketiga mantannya, Ilham, Reno, dan Nikko, mereka menghampiri dari sisi kanan kiri dan depan secara bersamaan.
Mereka bertiga adalah mantan yang saat ini bersekolah di SMA Bratasena, SMA tetangga SMA Andara namun letaknya juga tidak sedekat itu.
"Lili, kamu ada di sini," sapa Reno pertama kali, karena dia yang paling pertama sampai di depan Lili. "Lama kita nggak ketemu, kamu makin cantik aja ya." Reno dan Lili putus hubungan sekitar dua minggu yang lalu, dan jelas Reno sempat nangis-nangis memohon belas kasih agar Lili tidak memutuskan hubungan yang baru terjalin 3 hari lamanya.
"Hm," Lili malas menanggapi.
"Lili, kalo tau kamu mau ke sini, harusnya tadi aku jemput." Sekarang ganti Ilham yang berbicara, Ilham seolah tidak tau malu meski jejak lebah di pipi karya dari Lili, pria itu tetap mendekati Lili.
Perjuangan tidak tau malu yang patut di acungi jempol 4.
"Nggak perlu," jawab Lili seadanya pada Ilham.
"Lili, kamu nggak lupa kan sama aku, Nikko." Gantilah Nikko yang berbicara. Pria yang hampir satu bulan yang lalu berstatus pacar Lili.
Ellie yang duduk di depan Lili ikut merasa tertekan karena kedatangan pria-pria peliharaan Lili ini.
"Ngapain sih pada kemari," sama halnya dengan Ellie, Lili jelas juga tidak merasa senang. Dia tak suka waktu liburnya atau staycation ini malah menjadi tak menyenangkan akibat ada pengganggu.
"Aku cuma nyapa aja Li." Ilham memberenggut sedih, usahanya terus di tolak mantan pacarnya itu.
"Ya udah sana pergi, udah nyapa kan!" Tidak tanggung-tanggung atau berbasa basi dahulu, Lili langsung saja to the point mengusir.
"Tapi aku pengen ngobrol dulu, kita __"
Reno yang hendak berbicara langsung terhenti, ketika Lili menyelanya begitu saja.
"Gue sibuk! Mending kalian pergi!"
"Li, aku pengen pendekatan lagi sama kamu, aku pengen hubungan kita kembali kayak dulu," meski cuma bertahan beberapa hari doang, lanjut Nikko di dalam hati.
Lili mengangkat dagunya tinggi-tinggi angkuh, "Nggak ada kesempatan ke dua ya, catet. Jadi pergi aja, gue pengen sendiri." Hari liburnya tidak boleh sampai rusak, titik.
"Kenapa Li, aku cuma __" Diantara ketiganya, Ilham lah yang memang paling berani, dia masih berusaha ngeyel untuk mencari celah membuat Lili luluh.
Tapi kenyataannya tidak bisa. Sebab belum juga Ilham menyelesaikan ucapannya, Lili sudah memotong dengan mengucapkan kata yang membuat mereka terkejut.
"Gue udah punya pacar!" Tidak hanya ketiga mantannya ini, tapi Ellie juga bangku samping yang di isi Eros beserta teman-temannya itu juga ikut terkejut saat mendengarnya.
Pasalnya semua orang mengira kalau Lili tengah dalam fase jomblo saat ini.
"Hah? Bukannya kamu baru putus sama dia," Nikko melebarkan mata seraya menunjukkan ke arah Ilham. Padahal dia sudah berharap jika Lili jomblo akan mulai pendekatan lagi, tapi selama ini Lili tak memberi kesempatan jomblo dan para mantan mengejar lagi.
Lili tersenyum miring, dan menjawab dengan penuh kebanggaan. "Udah ada lagi dong ...,"
"Li ... Kamu bohong kan." Ilham masih tidak percaya, belum ada kabar tentang status pacaran Lili di sosial media, jadi ada kemungkinan ini hanya tipuan Lili belaka.
"Ngapain bohong,"
Dengan gerakan elegan, Lili bangkit dari tempatnya lalu bergerak maju melewati celah kosong antara mantannya, entah kemana tujuan Lili ini.
Lili juga tersenyum miring dengan mata yang menatap sekeliling _di mana banyak orang yang tengah menatapnya, tan terkecuali Eros. Lili sadar jika Eros menatapnya karena dia sempat melirik pada Eros hanya persekian detik.
Rupanya Lili berjalan mendekati seorang pria berkacamata yang duduk di dua meja samping meja Lili. Pria kacamata itu pasti tengah berkeringat dingin di dekati si dewi malam yang namanya sudah tersohor kemana-mana.
Setelah benar-benar sampai di samping pria kacamata itu, Lili mulai membalik badan, dan menyentuh bahu pria kacamata itu lembut,
"Dia pacar baru gue," ucap Lili sedikit keras, memberi tahu ketiga mantannya yang saat ini menganga.
"Ha ... Hah ... Ak-aku ..." Pria kacamata itu begitu gugupnya panik juga bukan main.
Jadi Lili langsung saja menunduk mencondongkan kepalanya, dan berhenti tepat di samping telinga pria itu.
"Lo mau kan jadi pacar gue?" bisik Lili pelan namun dalam dengan bibir yang begitu dekat dengan telinga pria kacamata.
"I-iya mau," Dan tanpa menunggu waktu, pria kacamata itu berusaha membuang jauh-jauh keterkejutannya, dan mengangguk setuju, takut-takut jika dia tak menjawab gadis cantik yang menembaknya ini akan berubah pikiran.
Lili kembali menegakkan tubuhnya. Dan tersenyum lebar penuh kepuasan ke arah jajaran mantan.
"Kalian udah liat kan, gue udah punya pacar baru. Jadi pergi sana!"
"Li __"
"Jangan banyak bacot ya!" Lili mengacungkan tangan saat Ilham hendak berbicara.
Setelah itu ketiga mantannya pun mau tak mau pergi dengan keadaan tak baik-baik saja, lemas lesu ciri-ciri patah hati lah intinya.
"Lili, kita pacaran?" Saat Lili hendak pergi, pria kacamata itu bertanya dengan malu-malu, terlihat jelas dari kedua telinganya yang memerah.
Lili mengangguk, "Iya. Siapa nama lo?"
"Aris!" jawab pria kacamata masih dengan sangat malu.
"Hm, okay, nanti hubungin gue aja, tanya nomor ke dia." Lili menunjuk ke arah Ellie, biarkan saja Ellie yang mengurusnya, Lili malas.
"Iya Terimakasih pacar." Pria bernama Aris itu berbinar cerah.
Dih ...
Dan akhirnya, Lili dapat kembali ke posisi duduknya dengan d**a yang membusung arogan _seperti biasa_.
Hanya saja saat akan duduk, Lili menyempatkan untuk membalas tatapan seseorang yang sedari tadi tidak lepas dari dirinya ... Eros!
Jelas, siapa lagi kalau bukan si adik kelas viral.
Memang bisa dikatakan Lili sadar betul Eros menatapinya. Dan Lili lumayan salur ekspresi Eros dalam menatap benar-benar tak berubah sedikit pun sejak awal hingga sekarang, masih datar yang membuat mata tajamnya nampak menakutkan.
Tapi di mata Lili Eros tetaplah si adik kelas cupu, walaupun Lili tidak suka menatap mata Eros, tapi Eros jelas tidak semenakutkan itu. Lili hanya malas.
Dan setelah benar-benar duduk di posisi, Lili dapat mendengar bisikan gerombolan Eros yang mulai berbicara, jelas itu membicarakan dirinya. Sebab Lili mendengar namanya di bawa-bawa.
Ah sudahlah!