Chapter 21

1648 Kata
Eros mengambil tempat duduk di kursi satu baris di belakang Lili. Meksi begitu Eros masih dapat dengan jelas melihat Lili dari belakang. Jujur saja mata Eros tak dapat berpaling dari sosok Lili yang duduk diam sedikit menunduk, seraya menyalakan musik klasik andalannya sehingga sebuah suara berhasil keluar dari kedua earbuds yang terpasang di telinga kiri dan kanan Eros. Lantunan musik, bersamaan dengan hembusan angin sepoi-sepoi dari jendela samping yang sengaja Eros buka tersebut, membuat Eros makin saja menikmati sesi menatap sosok Lili. Walaupun Eros tidak melihat wajah Lili, tapi entah kenapa aura cantik Lili masih menguar sampai ke diri Eros. Jujur seumur hidup Eros tidak pernah merasakan hal aneh seperti ini. Jadi Eros benar-benar tidak tau ada apa dengan dirinya ini. Kenapa dia sampai bermacam hal gila, seperti tiada henti menatap Lili di depannya itu. Beberapa menit berlalu, Eros masih setia menjalankan aktifitasnya yakni memandangi Lili. Dan Eros juga baru sadar, jika Lili sepertinya tidak sengaja tertidur, terbukti dari kepala Lili yang sedikit bergoyang ke kanan dan ke kiri mengikuti bus yang juga bergerak. Eros tidak sadar mendengus melihatnya. Seiring kepala Lili yang makin terkantuk-kantuk. Lucu ... Yups, bisa di bilang begitu. Lili yang biasanya nampak seperti singa betina ganas kali ini terlihat macam anak kucing yang terkantuk-kantuk. Padahal Eros hanya melihat dari belakang tapi hal itu sudah lebih dari cukup untuk membayangkan bagaimana ekspresi Lili sekarang. Posisi duduk Lili sebenarnya sedikit mengerikan, Lili duduk di samping bagian kiri, takut-takut jika Lili makin loyo gadis itu akan terjatuh ke bawah. Tapi Eros juga tak dapat melakukan apa-apa untuk membantu gadis itu, sebab Lili jelas tidak akan terima, yang malah-malah Eros akan mendapatkan u*****n keras lagi dari gadis itu. Jadi Eros diam saja mengamati ... Sampai akhirnya, Eros melihat keanehan pada orang yang duduk di depannya atau juga bisa di katakan di belakang Lili itu. Pria berkacamata tebal tersebut nampak mencondongkan tubuhnya, dan tangannya bergerak di ulurkan ke depan sampai samping Lili. Eros sudah melebarkan matanya terkejut, dia terlalu shock. Dan benar saja seperti hal negatif yang terlintas di fikiran Eros, kalau sebenarnya pria di depannya itu berniat melecehkan Lili. Pria itu menyibak sedikit rok sekolah super pendek Lili menjadi makin tersikap. "b*****t!" Maki Eros tanpa sadar seraya bangkit tadi posisinya. Semua orang di dalam bus yang awalnya tidak tau apa yang terjadi, sontak terkejut mendengar teriakkan Eros. Memang bisa dibilang isi bus kali ini tidak terlalu ramai dan mereka saling tidak sadar dikarenakan sore hari ini orang-orang sudah merasa cape dengan aktifitas yang di lakukan seharian tadi. Tidak hanya orang-orang lain saja yang terkejut, tapi si pelaku, alias si pria culun berkacamata tebal itu juga panik. Tangan kanannya yang memegang ponsel _dengan menampilkan layar kamera_ itu sampai terjatuh ke kolong kursi. Pria berkacamata itu menoleh cepat ke arah Eros yang berdiri dengan tatapan tajam penuh ancaman. Pria itu juga berniat menarik satu tangannya yang masih berada di sisi samping kiri Lili, tapi belum sempat hal itu terlaksana, tangan tersebut telah di tarik paksa ke depan yang mana membuat sang empu tertarik dan terjatuh. "Aaa ..." Pria berkacamata yang masih di kuasai panik, sampai berteriak sebab secara tiba-tiba di tarik seperti itu. Dan rupanya pelaku penarikan tangan adalah Lili, si korban yang saat ini tersenyum sini ke arah pria kaca mata. Eros sendiri sedikit terkejut dengan apa yang di lakukan Lili. Eros tidak tau Lili tadi memang tertidur atau tidak, tapi saat Lili menoleh ke arah Eros dengan mata sedikit memerah, hal itu sudah menjadi jawaban kalau Lili memang sempat tertidur dan baru terbangun karena teriakannya. Lili menatap tak suka ke arah Eros, yang mana membuat Eros bingung. Kenapa Lili seperti itu terhadapnya? Mata Lili beralih pada pria berkacamata, dan kembali menunjukkan smirk-nya. Walaupun telah menjadi pusat perhatian penumpang bus, Lili tetap akan melanjutkan aksinya. Yakni ..., memberi pelajaran pria berkacamata! Memang apalagi selain itu. Lili berjalan mendekati si pria yang sudah terduduk di bawah setelah Lili tarik tadi. Pria itu nampak ketakutan bukan main, setelah Lili menunjukkan taringnya saja baru mencium, tadi saat melakukan tindakan senono ke mana saja! "Berani banget lo lecehin gue!" Dengusan meremehkan Lili keluarkan. Sebenarnya dia sudah malah melakukan hal seperti ini dua kali dalam sehari. Tapi ya mau bagaimana lagi, mubazir kalau tidak di lakukan. "Mau apa? Mau sentuh paha gue?" Lili tertanya penuh ancaman dan sindiran maut. Dan pria berkacamata itu langsung saja menggeleng kuat, takut. "Eng ... Enggak," Lili merunduk dan mencondongkan wajahnya mendekat ke arah wajah pria kaca mata. "Beraninya pas gue lagi tidur ya? Yo dah, coba sini pas gue bangun! Coba lakuin sejauh apa lo bisa berbuat!" Puk ... Puk ... Lili menepuk rok atas pahanya yang tadi sempat di sikap oleh pria berkacamata dengan hoodie hijau army ini. "Enggak ... Ma-maaf ...," Haha ... Haruskan Lili tertawa keras dengan sikap pecundang macam pria ini? Pria itu bahkan terbata hanya untuk menjawab saja. "Jangan nangis dong, gitu doang nangis." Lili tersenyum mengejek tanpa memundurkan kepalanya yang sudah mendekat ke arah pria itu. Merinding ... "Maaf ..." Sekali lagi dia mengucap maaf, dan kenyataannya Lili malah ingin segera meninju mulut tidak tau diri itu "Mental masih lemah juga, berani-beraninya bertindak c***l!" "Maaf ..." Ck ... Ck ... Ck ... Padahal kalau Lili lihat, pria kacamata ini nampak baik dan masih cukup muda mungkin juga masih SMA atau baru lulus SMA. "Casing boleh culun, kalem, tapi pikiran ... Cih, buas! Saran gue pikiran kotor penuh s**********n itu jangan di bawa ke tempat umum, simpen aja di rumah atau hotel, ngeri, apalagi mental lo nggak banget." Harusnya ucapan pedas Lili ini sudah cukup membuat pria kacamata itu sadar diri. "Untung lo lakuinnya ke gue, kalo ke cewek lain ... Ck, emang brengsek." Plakkk ... "Karena berani lecehin gue!" Tanpa aba-aba, Lili langsung saja melayangkan satu tamparan keras ke arah pipi pria kacamata tersebut. Shock bukan main. Pria itu makin ketakutan dengan pipi yang terlanjur memerah bekas tamparan. Orang-orang di dalam bus juga terkejut akan tindak siswi SMA yang begitu berani, termasuk Eros sekalipun. Cukup salut mungkin ada gadis yang masih berani melawan dan memberi pelajaran pada para penjahat yang melecehkan. Sikap gadis seperti memang harus di pertahankan, jangan sampai merasa lemah dan takut setelah di lecehkan. Kalian harus berani, jika tidak bisa secara langsung setidaknya harus speak up, entah kepada teman atau orang terdekat yang sudah di percaya. Plakkk ... Sekali lagi Lili menampar di tempat yang sama yakni pipi bagian kiri pria tersebut. Puas? Belum! Lili belum berniat menghentikan tindakannya, tapi karena telinganya mendengar sebuah notif pesan masuk pada sebuah ponsel, Lili pun menegakkan tubuhnya. Ting ... Lili pikir ponselnya berasal dari ponsel miliknya atau milik orang-orang di dalam bus. Tapi saat Lili menoleh, Lili malah tak sengaja melihat seonggok ponsel tergeletak di bawah kursi tempat pria kacamata ini duduk tadi. Lili langsung saja mengambilnya _ponsel itu_. Dan benar saja saat Lili menarap layar, Lili dapat melihat jika layar ponsel tersebut sudah siap dengan mode kameranya. Hell ... Tidak perlu berfikir panjang, harusnya Lili sudah faham apa maksud dari ponsel tersebut. Dan lagi Lili juga sudah sadar siapa pemiliknya. Karena orang itu saat ini makin terlihat ketakutan. Siapa lagi kalau bukan pria berkacamata. "Wow ..., Mau potoin juga ternyata," Lili mengangkat ponsel di atas dan menggoyangkannya pelan, lalu kembali berjalan mendekat lagi ke arah pria itu. "Ti ___" Tidak mengizinkan pria s****n itu mengucap sepatah kata, Lili kembali melayangkan tamparan tak kalah keras dengan yang tadi. Plakkk ... "Mau kurang ajar itu tau diri!" ucap Lili dengan nada tinggi. Plakkk ... Plakkk ... Plakkk ... Setelah memberi tamparan keras tiga kali berturut-turut, Lili pun menegakkan tubuhnya. Lagi pula waja pria kacamata tersebut sudah memerah bengkak kanan dan kiri, tak lupa darah juga sampai keluar di sudut bibirnya, terbukti seberapa keras Lili menampar. Lili mengdengkus, lalu menatap sekeliling, saat ini orang-orang saling diam saja dengan mulut yang menganga. Pasti mereka masih shock melihat gadis bruntal menaklukkan pelaku pelecehan. Tapi jujur Lili suka suka orang-orang ini diam, dan tak berniat ikut campur dengan mencoba membela pelaku. Sebab menurut Lili salah tetaplah salah, dan Lili ataupun hukum alam memang harus memberi pelajaran. Tak ... Lili melempar keras ponsel yang sedari di pegang hingga mengenai dahi pria kacamata tersebut, kacamata yang sebenarnya sudah patah setelah terjatuh karena tamparan Lili. Dahi pria tersebut mengeluarkan darah sedikit sebab Lili. Dan jelas, Lili sama sekali tak merasa bersalah. Sama sekali! Catat itu! "Masih sukur lo nggak gue tonjok sampe mampus huh!" Pria kacamata itu sudah tidak berani menatap Lili, dia buru-buru mengambil kacamata yang tela rusak juga ponselnya tadi, lalu tergopoh-gopoh pergi tanpa memikirkan rasa sakitnya. Lili masih berdiri mengamati pria tersebut yang turun dari bus, setelah bus berhenti sejenak. Huft, Selesai! Dengan tubuh tegap berusaha menunjukkan sisi kuatnya, Lili menoleh ke arah belakang, di mana pria itu yang tadi berteriak keras dan membuatnya terbangun berada. Eros! Eros memang masih saja berdiri, mengamati setiap pergerakan dan semua yang di lakukan Lili. Lili menatap sengit Eros, yang mana hal itu jelas membuat Eros tetap bingung seperti tadi. Kenapa gadis itu nampak begitu tidak menyukai Eros? Apa kesalahan Eros? Padahal Eros diam saja ..., Dan malah membantunya! "s**l! Gara-gara mulut toa lo, gue ke bangun!" gerutu Lili menggunakan suara lirih, tapi Eros masih mendengar jelas kalimat yang di lontarkan. Hell! Setelah mencibir Eros _yang plonga-plongo_, Lili kembali duduk di tempatnya dengan tenang dan memainkan ponsel. Para penumpang lain pun juga sudah kembali ke aktifitas masing-masing, tidak mengamati Lili. Sedangkan Eros, dia sendiri juga sudah memutuskan untuk duduk lagi sama seperti Lili. Eros hanya berfikir, lagi-lagi Lili masih tak mengucap kata terima kasih padanya. Walaupun jelas teriakkan tadi bisa di katakan salah satu bentuk penyelamatan Eros terhadap Lili untuk kesekian kali. Tapi balasannya apa? Lili akan langsung pergi seolah tak terjadi apa-apa. Atau seperti ini, memaki dan marah-marah. Sungguh hebat memang Lili ini. Meski begitu, Eros nampak tidak perduli dengan tanggapan Lili. Eros sudah merasa senang Lili baik-baik saja dan tidak sempat di lecehkan lebih jauh. Walaupun Eros tidak membantu banyak, tapi Eros tetap bersyukur.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN