Chapter 25

1314 Kata
Sudah pukul 11 malam, Lili dan Ellie masih belum juga berniat memejamkan mata. Ellie tengah asyik menonton drama korea terbaru sedangkan Lili hanya memainkan ponsel sesekali melihat layar televisi yang menampakkan lakon para aktor aktris korea yang memang bagus-bagus itu. Lili tidak paham alur filmnya, dia juga tidak berniat memahami, jadi ia diam saja ketika Ellie memekik merasa baper dengan drama tersebut. Malam ini Lili memang merasa sedikit gelisah, entah kenapa, dia sendiri tak mengerti. Yang pasti dadanya terasa berdebar-debar. Oh iya, untuk masalah tadi tepatnya di resto, Lili sudah melupakannya. Bahkan untuk pacar barunya sendiri Lili juga lupa, kalau tidak pria itu mengirimi pesan lebih dulu. Tapi sayangnya Lili sama sekali tidak menanggapi pesan singkat yang dia kirim, hanya di read saja. Terserah Lili mau di anggap apa, yang pasti Lili tengah malas. Tidak perduli pesan itu sudah dikirimkan lebih dari 20 pesan. "Li, Eros mirip ya sama lee min ho," celutuk Ellie tiba-tiba dengan semangat, tak lupakn jari telunjuknya mengarah ke layar televisi yang masih menampakkan drama. Lili pun mengalihkan tatapannya dari hape le layar televisi sejenak, "Ngaco lo." "Ih iya tauk, Eros mirip lee min ho, sama-sama ganteng hihi. Idungnya itu loh yang mirip, mancung banget kayak prosotan tk." Ellie mengucapkan nya dengan penuh semangat. Dan Lili hanya bisa berdecak pelan. Ngadi-ngadi memang temannya ini. Yakali kaum lokal macam Eros di samakan aktor Korea. "Udah ah, jangan di bahas." "Kenapa sih." "Tauk," Sudah tau Lili sedang malas dan sedikit sensi, tapi malah di ajak membahas hal yang tidak penting. "Dih, sensi amat jadi orang." Ellie mencibir. Hanya saja setelah itu, Ellie rupanya masih belum puas dan tetap membahas sesuatu yang tidak ingin Lili dengar. "Tapi serius lo Li, nggak suka Eros. Goda dikit napa, sumpah mubazir kalo nggak di gaet." Aneh. Benar-benar aneh, sudah di bilang selama ini Ellie sama sekali tidak ingin mengurusi sikap buruk Lili yang bergonta ganti pacar, tapi sekarang dua malah mendukung seratus persen jika temannya bersama dengan Eros. "Bisa diem nggak." Lili sampai mengepalkan tangan di udara mencoba memberi ancaman pada Ellie. Tak ada takut-takutnya memang, Ellie hanya menunjukkan cengiran tak merasa bersalah lagi. "Kalo gue cantik mah udah gas gue Li. Lumayan perbaikan keturunan." Lili memutar bola matanya malas. "Halah, kalo mau ya ambil." "Iya juga ya ... Tapi enggak ah, dia mah porsinya elo, gue sama ayank di korea aja." Ellie makin menunjukkan senyum lebar. "Dih, udah lanjut fokus nonton sana." Lili mendorong wajah Lili kasar, agar melihat ke arah televisi kembali. Memang saat ini Lili dan Ellie duduk bersandar di kepala ranjang bersampingan. "Iya-iya ini juga mau diem." Ellie memanyunkan bibirnya, sedikit kesal. Saat Ellie sudah kembali fokus menonton televisi, Lili juga kembali melihat layar ponsel. Tapi saat melihatnya, mood Lili terasa makin buruk saja. Pasalnya sejak dua jam yang lalu matannya, yakni Ilham tidak henti-hentinya mengirimi pesan singkat. Okay, Lili tidak bodoh, jadi ia memang langsung mengeblok, hanya saja pada dasarnya Ilham sangat keras kepala pria itu terus berganti-ganti nomor. Dan pesan singkat yang di kirim barusan adalah nomor baru Ilham yang Lili terima untuk ke tujuh kalinya. Unknow: 'Lili, please aku pengen ketemu,' Memang pesan Ilham seluruhnya berisi untuk mengajak Lili bertemu, dan tentu Lili tidak mau sangat merepotkan. Tapi kalau sudah begini sepertinya Lili harus pasrah, agar setidaknya ia akan tenang setelah ini. Drttt ... Unknow: 'Lili aku mohon,' Lili menghela nafas, lalu jemarinya mulai menekan layar ponsel membalas pesan Ilham. Lili: 'Okay,' Balasan yang di kirimkan itu sudah Lili duga akan membuat Ilham jingkrak-jingkrak bukan main. Drttt ... Unknow: 'Terserah kamu,' Tidak hanya itu sebenarnya, Ilham membalasnya dengan tambahan emote bunga-bunga. Lili: 'Di tangga darurat,' Bukan maksud apa-apa, tapi Lili sengaja memilih tangga darurat yang sepi, agar kalau terjadi hal tidak di inginkan tidak akan mengganggu pengunjung lain. Misalnya ketika Lili menghajar habis-habisan Ilham nantinya. Jangan takut akan terjadi apa-apa dengan Lili, ingat, Lili adalah wanita kuat perkasa, walaupun tangga darurat sepi, sudah di pastikan Lili akan langsung mendepak Ilham jika berani bermacam-macam. "Kemana?" tanya Ellie langsung, ketika melihat temannya yang bangkit dari posisinya bersandar. "Keluar bentar," jawab Lili acuh. Tapi entah kenapa kerutan di dahi Ellie malah muncul, "Udah malem emang kemana?" "Ketemu mantan," Lili tidak ingin berusaha menutup-nutupi dari Ellie. "Serius lo?" "Hm," Ellie paham. Karena jika Lili sudah menjawab dengan ogah-ogahan seperti ini, berarti itu memang benar adanya. Tapi untuk apa? Apalagi waktu sudah cukup malam. "Jangan Li. Ini udah malem takut kenapa-napa." Kekhawatiran Ellie tidak dapat di bendung. Jadi segera saja dia mengutarakan perasaannya. "Santai aja lah El, kayak nggak kenal gue aja. Jangan remehin kekuatan adu jotos gue ya El." Lili berucap seraya tetap berjalan menuju pintu keluar. Tidak akan mau menuruti perintah Ellie. Kalaupun Lili tidak mau bertemu Ilham itu karena dia malas, bukan karena takut, jadi Lili sama sekali tidak masalah mau jam berapapun bertemu spesies laki-laki. "Iya sih. Gue percaya kalo itu. Tapi __" Lili berdecak, dan memotong ucapan Ellie begitu saja, "Bentar doang, lima menit. Lo lanjutin aja nonton nya!" Lili ingin cepat menyelesaikan sesuatu dengan Ilham. Karena pria itu tadi juga mengirimi pesan berisi perjanjian tidak akan mengganggu Lili setelah bertemu. Mungkin itu juga yang menjadi alasan Lili menerima meluangkan waktu menuju tangga darurat lantai ini, demi pria itu _Ilham_. Ellie mau tak mau harus pasrah. Lagi pun tidak akan ada yang bisa membantah keputusan Lili itu, "Okay. Tapi hati-hati ya." "Hm," gumam Lili sebagai jawaban. Lili sudah sampai di depan pintu, bersiap membukanya. Tapi sebelum Lili benar-benar menarik knop, Ellie di belakang sana bertanya kembali. "Emang mantan yang mana?" Tanpa menoleh seperti biasanya, Lili membalas, "Yang terakhir," Cklekkkk ... Dan setelah itu, Lili benar-benar membuka pintu, berlanjut melangkahkan kaki keluar meninggalkan Elli di dalam kamar. Lorong hotel tersebut sangat sepi, mungkin karena sudah cukup malam. Eh ralat, ternyata tidak sesepi itu deng, karena sudut mata Lili menangkap orang yang akan masuk ke dalam sebuah kamar jauh di samping sana. Akan tetapi, Lili jelas tidak perduli. Dia memilih melanjutkan langkah menuju pintu besi terhubung dengan tangga darurat. Berharap, tidak ada hal aneh di tangga itu, seperti staff hotel yang berpacaran misalnya. Langkah Lili santai namun tetap lebar, dia ingin segera bertemu Ilham dan menyelesaikan hal memuakkan ini. Sedikit menyesal memang memacari Ilham yang salah satu spesies menyebalkan dari beberapa mantan menyebalkan Lili. Lili meregangkan otot-ototnya sedikit tanpa menghentikan langkah itu. Dia bersiap menghajar Ilham, jika pria itu nanti niat macam-macam terhadapnya. Ketika sampai tepat di depan pintu, tanpa pikir panjang, Lili membuka pintu dan langsung melangkahkan kaki masuki area tangga darurat. Tapi, tunggu ... Srottt ... Insting Lili sadar ada yang aneh, dan sudut matanya menangkap seseorang dari arah samping. Hanya saja Lili kalah cepat, dia terlambat, karena seseorang itu berhasil menyempurnakan suatu cairang kearah wajahnya banyak-banyak. Dalam sekejam pandangan Lili buram, dia terbatuk sedikit. Bahkan dia tak bisa melihat jelas siapa gerangan yang telah menyemprotkan cairan ini. Dan tidak bisa berfikir lebih lagi, Lili akhirnya pasrah dengan keadaan, dia juga tidak kuasa menahan diri, hingga detik berikutnya, Lili benar-benar terjatuh lunglai. Belum sempat terjatuh ke lantai sepenuhnya, seseorang yang tak lain tak bukan menjadi pelaku, berhasil lebih dulu menangkap Lili, mendekap tubuh Lili ke ke dalam pelukannya. Orang itu tentu tersenyum miring, merasa puas dengan apa yang telah terjadi. Benar-benar sesuai rencana. Hanya saja, pemikiran itu tidak sepenuhnya benar, sebab baru saja dia mengangkat tubuh Lili menggendongnya ala bridal. Pintu besi yang tadi sempat di buka Lili, saat ini telah di buka kembali lebar-lebar oleh seseorang. Dan hal itu jelas membuat keduanya terkejut. Antara si yang menggendong Lili juga orang yang baru saja muncul melihat apa yang terjadi. Sialan! Keduanya juga hanya bisa saling mengumpat di dalam hati dengan situasi panik terkejut yang bercampur jadi satu. Dan jelas, pria yang baru saja tiba adalah Eros. Sosok yang sengaja mengikuti Lili dengan hanya bermodal penasaran belaka. "b*****t!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN