“Pasar Malam Suketi?” Axel mengangkat kedua alis saat membaca tulisan di gapura. Dia menoleh pada Lilian di sampingnya, yang sedang tersenyum bulan sabit, tampak begitu senang. “Ayo kita masuk, Pak!” ajak Lilian dengan langkah penuh semangat. Cuaca malam yang cukup cerah diterangi bulan dan tidak ada mendung sama sekali, membuat suasana di dalam pasar malam cukup ramai pengunjung. “Lilian, kenapa pasar malam ini dinamakan Suketi? Apa pemiliknya bernama Suketi?’ Axel berjalan di samping Lilian, sambil memperhatikan sekitar yang baginya cukup asing. Sebab selama 31 tahun, ini pertama kali Axel menginjakkan kaki di pasar malam. Lilian tampak mengerutkan kening sedikit, dia juga mengetuk-ngetuk dagu dengan jari telunjuk. “Hemm kata orang Pak, pasar malam di sini terkenal dengan wahana rumah