Sepasang mata sendu menatap Lilian dengan berkaca-kaca. Tangan kurusnya terulur dengan bergetar. “Tolong a—aku.” Lalu tangan itu kembali jatuh di lantai. Lilian segera mendekat dan berjongkok di samping wanita malang itu. “Ya ampun, Mbak! Siapa yang sudah tega melakukan ini? Apa Dimas?” Lilian menatap miris pada wanita yang terduduk di lantai berdebu hanya beralas sehelai tikar yang entath sudah berapa lama menopang tubuh kurusnya di sana. Wanita itu tampak sangat menderita dengan bekas lebam di sana sini, belum lagi tubuhnya hanya mengenakan lilitan kain tidak beraturan. Dan di balik kain tipis itu, dia benar-benar telanjang! Biadab! Dimas memang biadab! Dia sudah seperti binatang yang tidak punya perasaan! Hati Lilian menjerit membayangkan siksaan apa saja yang sudah Dimas berikan pa

