Wina mundur dua langkah. Dia benar-benar kaget melihat fotonya sendiri dengan pose sangat memalukan. Refleks Wina menyilangkan kedua tangan di depan d**a. Bibirnya gemetar tapi tak ada satupun kata yang keluar. Dimas tertawa mencibir. “Percuma itu kamu tutupi, Win.” Dimas melirik ke arah bagian d**a Wina. “Toh aku sudah mencicipinya sampai puas.” Wina menggelengkan kepalanya beberapa kali. “Kenapa kamu sangat jahat padaku? Apa salahku?” Suara Wina pelan dan bergetar. “Salahmu adalah terlambat bertemu denganku, Win. Padahal kalau kita bertemu dari dulu-dulu, kamu pasti sudah menjadi istri pertamaku, tidak perlu hidup seperti gembel di panti asuhan itu!” Seketika Wina teringat akan adik-adiknya di panti asuhan. “Pak Dimas, tolong lepaskan aku. Aku mau pulang sekarang! Kasihan adik-adik d