Suasana di mobil sangat sunyi. Baik aku dan Zayn asik dengan pemikiran sendiri. Bahkan hingga sampai kamar tidur pun kami masih belum bersuara. Apakah aku benar-benar hamil? Ya Tuhan, aku pasrahkan padamu, yang terbaik untuk aku dan anakku. Tanpa sadar aku mengusap perutku. Rupanya Zayn memperhatikan itu. “Rein…” “Hmm… “ Malas-malasan aku menjawab. “Aku dari tadi terpikir ucapan mama dan eyang. Apakah kamu benar-benar hamil?” “Entah Zayn, kan belum dicek. Besok aku beli test pack deh. Memangnya kenapa kalau aku hamil?” Aku menatap tajam ke arahnya, wajah tampannya tampak pucat. “Maksudku… kamu kan ingat kalau kita punya wedding agreement, Rein.” “Jadi intinya, kamu tidak mau aku hamil?” Posisiku yang tadinya sudah tidur langsung duduk tegak. “Kamu sendiri gimana? Kalau kita pisah