Sampai kejadian itu terjadi.
Sebelum Darian meletakkan sayuran di atas piring Helen, gadis itu menahan pergelangannya dan memakan sayuran langsung dari sendoknya.
Darian membeku seketika, pipinya panas dan ujung telinganya memerah. Benaknya dipenuhi: aku dan tuan... aku dan tuan ... berciuman secara tidak langsung.
Helen menyadari wajah pelayan kecilnya berubah, tapi tidak tahu di mana salahnya. Apa dia...? Mata Helen membulat. Barusan, apa yang sudah dia lakukan? Makan disuapin oleh Darian? Memalukan!
Andai Darian tahu apa yang ada di pikiran Helen, mungkin dia akan berteriak begini dalam hatinya: Tuan Yang Mulia, anda salah fokus! Saya bukan hanya menyuapi Anda, tapi Anda makan dari sendok saya!
Berdeham pelan mencegah canggung, Helen bertanya, "Kau masuk hanya untuk makan?"
Jantung Darian masih seperti habis lari marathon, sampai akhirnya dia ingat alasan kedatangannya.
"Tuan Yang Mulia, nanti malam ada festival melepas lentera di pasar."
Helen menatap keinginan kuat dalam netra biru Darian. Dia pikir, pelayan di depannya ini tidak pernah melepas lentera, entah karena tidak mampu membelinya atau karena tidak punya waktu melakukannya. Karena itu dia ingin memberi kesenangan sepele ini kepadanya. Itu bukan hal sulit, kan, hanya melepas lentera? Darian juga sudah bekerja dengan baik selama ini. Juga, untuk beberapa alasan yang tidak dimengerti, Helen ingin melihat pelayan kecilnya bahagia.
"Baik."
Darian yang sangat terkejut: "Hah?"
"Kita akan ke sana."
Darian hampir memuntahkan kembali makanan di mulutnya.
Ini yang kata Tuan Gavin sulit dibujuk? Ini yang katanya sangat serius dan tidak suka main-main? Ini yang ditakuti orang-orang sampai mereka tidak berani mengutarakan keinginan mereka? Makhluk imut ini? Mereka semua pasti buta!
Darian ingin tertawa sekarang. Biarkan saja orang-orang buta itu berpikir sesukanya tentang tuannya, dan biarkan hanya dia yang melihat sisi imut tuannya ini. Dia ingin menjadi satu-satunya yang benar-benar memahami tuannya.
Helen merasa bangga. Lihatlah pelayan kecilnya yang sangat bahagia hanya karena diajak ke pasar untuk melepas lentera. Tunggu sampai nanti dia membelikan beberapa pakaian dan makanan manis, pasti ekspresinya akan lebih mencengangkan. Helen tidak sabar untuk melihat ekspresi bahagia pelayan kecilnya.
***
Malam itu, lima insan pergi ke pasar malam; Darian, Helen, Gavin dan dua prajurit yang diminta Gavin untuk menemani mereka (untuk berjaga-jaga kalau sakit Helen kumat).
Darian terlihat sangat takjub dengan suasana pasar di malam hari. Dia tidak berhenti berdecak kagum sejak menginjak wilayah itu. Katanya, pasar rakyat dan pasar kalangan atas sangat berbeda jauh. Itu benar. Kios penjual di sini dihias dengan lampu-lampu yang indah dan dekorasi memanjakan mata. Barang dagangannya pun beragam dan tentu saja mahal.
Sebelumnya, Darian hanya bisa melihat tempat ini dari jauh karena statusnya yang rendah. Lagipula, dia tidak punya waktu untuk bermain-main di pasar malam. Pekerjaan sebagai b***k menuntutnya bekerja siang-malam. Bahkan saat ibunya masih hidup, dia sudah tahu kalau mustahil menginjak pasar ini dengan statusnya. Tapi, di sinilah dia sekarang, dengan tuannya yang cantik.
"Tuan Yang Mulia, lihat, mereka menjual topeng yang bagus," tunjuk Darian ke penjual topeng.
"Beli," kata Helen.
"Tuan Yang Mulia ingin membelinya? Bukankah Tuan Yang Mulia sudah punya banyak topeng perak yang bagus?"
Helen pikir Darian tidak akan berani meminta topeng kalau dia tidak membeli. Sama seperti Darian yang tidak berani makan apel sebelum dia menggigit apelnya lebih dulu. Karenanya, Helen bilang, "Ingin yang berbeda."
Darian tersenyum senang. "Pelayan Kecil ini akan memilihkan untuk Tuan Yang Mulia."
Darian dengan riang memilih-milih topeng. Dia melirik netra hijau Helen, lalu memilih topeng harimau. Melihat sejenak, dia mengambil topeng kucing yang lucu.
Darian meletakkan topeng kucing di depan Helen, lalu tertawa. "Tuan Yang Mulia sepertinya cocok dengan topeng lucu ini."
Wajah Helen tetap datar.
Gavin khawatir Helen mengamuk di tempat ramai penuh orang setelah dikatai lucu bahkan ditertawai oleh Darian. Karena itu dia ingin menghentikan tingkah nakal Darian, tapi siapa sangka, Helen benar-benar memakai topeng itu setelah melepas topeng peraknya.
"Bagaimana?" tanya Helen, sembari menunjukkan topeng yang dia kenakan.
Darian termenung. Dia tidak pernah memerhatikan dengan detail sebelumnya bagaimana terangnya netra hijau Helen, atau lentiknya bulu mata gadis itu, atau putihnya kulit pipi di balik topeng perak, tapi hari ini jantungnya berdebar hanya karena kecantikan mata itu. Jika bukan karena bentuk fisik dan suara Helen, dia akan seratus persen percaya kalau Helen wanita.
"Cantik," kata Darian tanpa sadar. Setelah sadar, dia buru-buru mengatakan, "Maaf, Tuan Yang Mulia, pelayan ini tidak seharusnya menyamakan Tuan Yang Mulia seperti wanita."
Helen mengabaikan permintaan maaf Darian, malah mengambil topeng rubah dengan hiasan warna biru. Topeng itu agak feminin, tapi dia dengan sengaja memberikannya kepada Darian. "Untukmu."
Darian tersenyum senang, lalu memakai topeng itu. "Apakah ini cocok untukku, Tuan Yang Mulia?"
Darian seperti rubah lucu yang imut, ditambah warna matanya yang biru, dia benar-benar membuat Helen tertegun. Gadis itu bahkan refleks menyentuh rambut hitam Darian yang lembut. Ini benar-benar lembut seperti bulu rubah.
Darian terdiam, membiarkan rambutnya dalam kuasa tangan Helen.
Setelah menyadari tindakannya, Helen merasa malu. Dia segera menarik tangannya dari rambut Darian.
Gavin murung. "Yang Mulia, tidakkah Anda ingin membelikan satu juga untuk saya?"
Helen hanya menyipitkan matanya ke arah Gavin, lalu meninggalkan toko penjual topeng setelah memberi sekeping koin emas kepada penjual. Gadis itu bahkan tidak memedulikan panggilan penjual yang mengatakan kalau yang dibayarnya terlalu banyak. Itu harganya hanya sepuluh koin perak.
Satu koin emas senilai dengan seratus koin perak. Satu koin perak senilai dengan seribu koin tembaga. Biasanya, koin emas hanya dimiliki oleh pengusaha, bangsawan kelas atas, atau keluarga kerajaan.
Gavin mengambil kembali koin emas dari tangan gadis penjual, dan memberi 50 koin perak kepadanya. "Sst! Rahasiakan dari orang lain ya?"
Pipi gadis penjual bersemu kala mendapat kerlingan dari si tampan Gavin. "Tu-Tuan, ambillah ini," kata gadis penjual sembari menyerahkan topeng bentuk serigala.
Ekspresi Gavin jadi jelek. Apa dia mirip serigala yang menyeramkan?
Gadis penjual berkata, "Serigala hewan yang cerdas, kuat, dan paling setia. Saya melihat Tuan seperti itu."
Gavin termenung. Setia? Lalu dia menatap Helen. "Kadang, kesetiaannya membuatnya menjadi sangat bodoh."
Meski begitu, Gavin tetap mengenakan topengnya.
Darian lanjut ke toko makanan. Dia berdiri lama di depan penjual kue cokelat kering karena tiba-tiba mengingat masa lalunya.
Dulu, dia pernah bekerja di rumah seorang bangsawan bersama ibunya. Si bangsawan punya seorang anak yang sangat pemilih makanan. Setiap kali tidak menyukai sesuatu, dia akan memberikan makanannya kepada anjingnya. Itu hari ketiga Darian di sana, dan belum memahami situasi. Dia pikir, daripada memberikan kepada anjing, lebih baik diberikan kepadanya, karena dia belum pernah makan kue yang seperti itu. Dia juga ingin memberikan kepada ibunya. Apalagi, dia dan ibunya masih sering merasa lapar karena jatah makan para pelayan yang sangat terbatas.
Bermodalkan keberanian, Darian berkata kepada anak gendut dengan t**i lalat di kening, "Apakah saya boleh mengambil kue kering itu, Tuan Muda?"
Anak gendut menatap Darian jijik. "Itu untuk anjingku."
"Kalau anjing itu tidak menginginkan lagi, bolehkah saya memilikinya?"
Anak gendut tertawa. "Tidak perlu begitu. Kalau kau bisa mengambilnya darinya, itu menjadi milikmu."
Darian semringah. "Benarkah?"
Anak gendut tertawa. "Tentu saja."
Darian mengambil kue kering di tanah dekat si anjing. Walau agak ragu dan takut dengan anjing Herder cokelat, dia tetap bertekad mengambilnya. Lagipula anjing itu terikat.
Setelah Darian berhasil memegang satu kue kering, anak gendut melirik pengawal di sebelahnya, dan berkata, "Bebaskan Jake."
Jake nama si anjing.
Pengawal membebaskan tali pengikat leher anjing, dan peliharaan yang agresif terhadap orang asing itu pun langsung menggonggong galak ke arah Darian.
Darian kecil yang ketakutan segera berlari, tapi itu bukan tandingan si anjing. Darian tertangkap, kakinya digigit oleh Herder dan dia menjerit kesakitan. Meski begitu, Darian tetap memegang kue kering di tangannya, menekan ke dadanya. Dia snagat berhati-hati agar kuenya tidak remuk.
Anak gendut puas melihat Darian tersiksa, dan meminta pengawal menahan anjingnya. Tapi saat melihat Darian bisa tersenyum sambil memandang kue kering utuh di tangan, dia marah.
Anak gendut lantas berkata, "Dia mencuri kueku."
***