“... Onyx nekad masuk ke istana untuk mencari orang itu melalui jalan belakang, tapi ketahuan prajurit yang patroli malam."
Olin menghapus peluhnya. "Dia cuma bisa memanah, dan harusnya tetap berada di jarak jauh. Kenapa malah bertarung dan membuat cedera begini. Oh, astaga, aku lupa. Yang Mulia terluka juga."
Ferdian langsung menghentikan tangannya yang ingin membersihkan darah di d**a Onyx. Seketika dia melihat orang lain di dalam ruangan, lalu mendatangi Hadden, dan memeriksa lehernya. Melihat mulut Hadden dan lidahnya yang menghitam, Ferdian terkejut.
"Ini racun dari kerajaan kita. Saya meraciknya sendiri, dan hanya beberapa pihak yang bisa mendapatkannya. Bagaimana kerajaan Griffin bisa memiliki ini? " tanya Ferdian.
Olina terkejut, bahkan Onyx yang terluka juga agak terperangah. Hanya Hadden di sana yang merasa malu dengan kebodohannya sendiri.
***
Gavin mengurusi Helen sehari semalam tanpa tidur. Saat dia akhirnya tidur selama dua jam di hari kedua, Helen sadar.
"Yang Mulia sudah sadar? Di mana yang terasa sakit? Tabib! Cepat ke sini! Yang Mulia sadar."
Helen memerhatikan sekitar, masih agak pusing. Melihat Gavin dan tabib, lalu melihat sekitar lagi. "Di mana Pelayan Kecil?"
Gavin akhirnya tersadar bahwa sejak malam itu, Darian tidak pulang ke kediaman. "Saya akan mencarinya, Yang Mulia."
***
Berbanding terbalik dengan kondisi Helen yang baikan, Darian di penjara justru mengalami siksaan fisik dan mental karena terus-menerus disuruh mengartikan tulisan dalam surat yang tidak dia mengerti.
"Aku ... tidak ... tahu..."
Wajah Darian sangat pucat karena kehilangan banyak darah. Kedua tangannya terkulai lemah dalam keadaan terikat di pegangan kursi, tiga jari kirinya mengeluarkan darah karena kuku yang dicabut. Kakinya dirantai. Pakaian dilepas, menyisakan pakaian dalam di tubuh putihnya yang penuh memar bekas cubitan dan gigitan.
"Siram dia, dan lepaskan ikatannya,” titah seorang pria badan besar yang duduk di seberang Darian.
Orang ini pria yang mengaku penyidik, tapi sebenarnya sering menyalahgunakan pangkatnya untuk kesenangan pribadi. Di kerajaan Griffin dia terkenal gay dan p*****l.
Seorang penjaga penjara bergidik ngeri melihat penyidik yang menghisap rokok itu bangkit dari duduk lalu melepas ikat pinggangnya. Walau dia merasa kasihan dengan anak lemah seperti Darian, tapi apa yang bisa dilakukan penjaga penjara rendahan sepertinya? Dia hanya dapat melaksanakan perintah atasan.
Darian yang sudah tidak mampu lagi menggerakkan anggota tubuhnya, kembali merasakan perasaan ketakutan saat pria badan besar itu mendekat. Dia mulai merintih sedih, kembali mengingat kejadian tadi malam, saat pria besar itu memasuki tubuhnya. Dia tidak ingin merasakan hinaan dan rasa sakit dari melayani pria ini lagi. Dia tidak ingin diperlakukan seperti wanita oleh pria ini.
"Aku benar-benar tidak tahu, Tuan..." Darian menangis, meringkuk ketakutan dalam pose meringkuk seperti janin. "Sungguh, aku tidak tahu. Tuan Yang Mulia Heli adalah tuanku... Aku tidak berbohong... Tanyakan saja kepada Tuan Gavin..."
Pose Darian yang menyedihkan ini hanya membangkitkan binatang buas dalam diri si penyidik. Apalagi wajah Darian sangat imut hampir menyerupai anak perempuan. Pria itu jongkok, kemudian menjambak rambut hitam Darian.
"Apakah kau ingin merasakannya lagi?" Dia mengembuskan asap rokok ke wajah Darian, lalu menyeringai. "Kenapa tidak mengatakan yang sebenarnya?"
Darian menitikkan air mata, bibirnya bergetar, tubuhnya gemetar. Dengan suara kecil dan serak, dia berkata, "Aku ... sungguh ... tidak tahu, Tuan..."
Penyidik mengangkat Darian. Sebelum dia melakukan apa-apa dengan anak itu, Gavin membanting pintu penjara.
"Karlos! Apa kau gila?!" teriak Gavin dengan penuh amarah.
Karlos, penyidik itu, mendengkus. Pria itu melempar Darian, membetulkan celananya yang kurang rapi, kemudian memasang kembali ikat pinggangnya. Dia membuang rokok di mulut, lalu menginjaknya. Pria beringas tersebut terlihat kesal karena kesenangannya diganggu.
Meski kesal, suaranya masih tenang ketika bertanya, "Apa yang membawa Mayor Gavin ke tempat rendahan ini?"
Gavin mengepalkan kedua tangannya ketika menatap kondisi mengenaskan Darian. Tadinya dia pikir Karlos menyiksa Darian seperti metode penyiksaan terhadap mata-mata pada umumnya, tapi ternyata si p*****l Karlos ini lebih menjijikan dari dugaannya.
Gavin nyaris tidak menggerakkan rahangnya ketika berkata, "Kau melukai teman kecilku," sambil menatap tajam Karlos.
Bugh
Gavin melayangkan tinju ke wajah menyeringai Karlos.
Ternyata Gavin tidak bisa menahan emosinya. Dia tidak hanya melayangkan pukulan ke wajah Karlos, tapi menendangnya pula, bahkan melemparkan kursi ke kepala pria yang selalu menjadi musuhnya sejak di Akademi Kerajaan itu.
Belum siap dengan tindakan tiba-tiba Gavin, Karlos menerima banyak kerugian. Dia hanya mampu menghindari beberapa pukulan. Saat kepalanya dipukul dengan kursi, dia pun tersungkur.
Gavin langsung menduduki perut Karlos. Kembali melayangkan tinju untuk melampiaskan marah.
Beberapa sipir masuk dan mencoba menghentikan Gavin. Mereka menariknya, tapi Gavin masih berhasil menginjak-injak Karlos. Dia juga memukul sipir itu, dan melawan mereka sekaligus.
Helen dari luar penjara mendengar kegaduhan. Tadinya dia mendapat kabar dari salah satu prajurit bawahan Gavin kalau Darian ditahan di penjara khusus dan sedang disidak. Tahu seperti apa tempat itu, Helen mengambil pedangnya dan berjalan ke penjara masih dengan kondisi lemahnya. Kalau dia mengamuk sekali ini, itu akan membunuhnya.
Prajurit ingin menghentikan Helen, tapi juga takut memicu amarahnya. Kalau gadis itu sudah marah, nyawanya justru menjadi taruhan. Maka prajurit hanya bisa mengawal Helen ke penjara khusus itu, sementara prajurit yang satu lagi langsung ke aula untuk mencari Rezvan.
Di sinilah Helen sekarang, di hadapan sipir yang ketakutan.
"A-ada apa Yang Mulia Heli ke sini?" tanya penjaga penjara, melirik pria bertopeng perak yang memegang pedang tak bersarung.
Helen mengabaikan penjaga penjara, dia langsung berjalan gagah menuju sumber keributan. Tidak terkejut dengan Gavin yang mengamuk dan memukuli sipir, gadis itu malah masuk ke sana.
Tempat itu agak luas. Ada meja di bagian kanan, yang sebelumnya penuh senjata tajam untuk penyiksaan, kini jatuh karena aksi Gavin melawan para sipir. Ada satu kursi yang telah hancur, dan lainnya hanya lantai dingin.
Saat Helen di luar pintu sel, semua terdiam. Bahkan Gavin yang sedang dalam puncak amarah ikut terdiam. Semua sipir memiliki pemikiran yang sama setelah tahu siapa orang yang mereka tahan di sel ini; jangan biarkan Yang Mulia Heli melihat pelayan kecilnya.
Gavin buru-buru melepaskan sipir yang coba menahannya. Dia berdiri di pintu sel, mencoba menghalangi pandangan Helen ke arah Darian.
"Yang Mulia, saya akan membawa Pelayan Kecil kembali. Silakan menunggu di kediaman saja," kata Gavin. "Kondisi Yang Mulia belum pulih sepenuhnya."
Semua sipir berlutut, berusaha sebisanya menutupi Darian yang setengah sadar dan merintih kesakitan di sudut sel. Sipir terdekat bahkan meletakkan telunjuk ke bibirnya dan menggeleng pelan ke arah Darian seolah memohon agar anak itu tidak bersuara.
Darian sempat kehilangan kesadarannya saat Gavin melawan para sipir dan Karlos, karena itu, dia pikir orang-orang ini tidak ingin dia dibebaskan oleh tuannya yang telah datang. Dia tidak tahu kalau ada Gavin di sana. Yang dia lihat bahwa tuannya datang untuknya, tapi para sipir tidak menginginkan dia diselamatkan oleh tuannya. Meskipun dia akan membuat tuannya repot lagi, itu jauh lebih baik daripada disiksa di sini. Dia sudah berjanji agar terus hidup untuk melayani tuannya, maka dia harus keluar dari sini agar bisa hidup.
Darian pun berbicara dengan lemah, "Tuan ... Yang ... Mulia..."
Ruangan itu sunyi, bahkan jarum jatuh bisa didengar, apalagi cicitan kesakitan Darian.
Helen masih belum melihat kondisi Darian sepenuhnya, karena itu, dia masih belum 'sakit' saat ini. Dia hanya memiliki firasat buruk tentang kondisi Darian dari suara lemah anak itu, makanya dia hanya berkata, "Minggir!"
Gavin tahu kalau menghalangi Helen hanya akan membuat gadis itu marah, dan dengan kondisi Helen yang baru sadar beberapa jam lalu, 'sakit' hanya akan membunuh gadis itu. Tapi, dia juga tidak bisa membiarkan Helen melihat pelayan kecilnya, karena dia tahu, Helen akan mengamuk saat melihat kondisinya. Gavin saja sangat marah melihat kondisi Darian, apalagi Helen.
Mempertimbangkan kedua pilihan yang ada, Gavin tetap berdiri diam di sana. Tangan gemetarnya coba memegang bahu Helen. Dengan suara lembut penuh permohonan, dia berkata, "Yang Mulia, saya mohon, tunggulah di luar. Percaya kepada saya. Saya akan membereskan semuanya.”
Helen menatap tajam Gavin. Kesabarannya hampir habis.
“Demi pengawal yang telah mengabdi kepada Yang Mulia selama lima tahun ini, saya mohon, percayakan masalah ini kepada saya."
Helen mendongak ketika menatap Gavin yang lebih tinggi darinya, tapi tatapannya merendahkan Gavin. "Menentangku?"
***