11. Pelayan Kecil Menulis Nama Tuannya

1155 Kata
"Dia akan mencariku untuk kalungnya."─Helen─   ***   "Apa aku bau?" Darian segera melepaskan tangan yang menutup hidung, menggeleng kuat dua kali. "Tuan Yang Mulia sangat wangi. Sebenarnya itu... Pelayan Kecil ini..." tidak bisa konsentrasi saat di dekat Tuan Yang Mulia. Helen memberi jarak, tidak ingin membuat pelayan kecilnya kesulitan. Dia pikir besok harus meminta Gavin membelikan parfum wangi lain. Setelah beberapa kali menulis alfabet, Darian tersenyum senang. Meski tulisannya sangat berantakan, itu cukup memuaskan karena sudah mengetahui huruf. "Bagaimana menuliskan nama Tuan Yang Mulia?" tanya Darian. "Itu 'Helen', huruf yang ini, ini, lalu..." Helen menunjukkan huruf-huruf alfabet di kertas yang membentuk namanya, kemudian menuliskan pula di kertas kosong lain. "Helen terdengar feminin. Apa itu nama asli Tuan Yang Mulia?" gumam Darian. Helen yang kemudian tersadar kalau telah menyebut nama aslinya, segera ingin merobek kertas. Sayangnya, Darian lebih dulu mengambil kertas itu, dan memeluknya. "Kenapa harus merobeknya, Tuan Yang Mulia? Pelayan Kecil ini ingin bisa mengeja nama tuannya." Helen menengadahkan tangannya. "Berikan kertas itu." Darian menggeleng kuat, memeluk kertas dalam dekapannya. "Melawan perintahku?" Darian berdiri, membungkuk. "Pelayan Kecil ini tidak berani melawan perintah Tuan Yang Mulia, tapi kertas ini berisi tulisan tangan yang indah. Sangat sayang kalau merusaknya. Juga, Pelayan Kecil ini sangat ingin belajar menulis nama tuannya." Helen mengernyit menatap Darian. Anak ini ikut bermulut manis sejak dekat dengan Gavin. "Aku tidak mengulang perintah dua kali, Pelayan Kecil." Darian mundur, tahu kalau tuannya akan menyerangnya setiap kali kalimat itu meluncur, tapi dia tetap mempertahankan kertas di pelukan. "Pelayan Kecil ini menginginkan kertas." Helen benar-benar bangkit dan berjalan ke arah Darian yang terus mundur sampai menabrak ranjang di belakangnya, dan anak itu pun terjatuh ke kasur empuk. Ketakutan dengan ekspresi tuannya, Darian langsung telungkup di kasur, menyembunyikan kertas di dadanya, dan menekan kertas ke kasur agar tidak bisa diambil Helen. "Serahkan!" teriak Helen, yang berusaha meraih kertas, tapi Darian keras kepala dengan tetap telungkup. Helen naik ke kasur, menindih punggung Darian dan berusaha menarik keluar tangan kanan Darian yang tersembunyi. Dia tetap hati-hati terhadap tangan kiri Darian yang kuku jarinya lepas. Aksi Helen ini malah jadi mirip pelukan dari belakang dan sedikit ambigu. "Maaf, Tuan Yang Mulia, Pelayan Kecil ini benar-benar menginginkan kertas!" "Pelayan Kecil!" Darian tidak berani bergerak, karena takut membuat jatuh tuannya yang berada di atas punggungnya. "Pelayan Kecil!"   ***   Gavin membawa pulang dekrit raja. Saat masuk ke rumah, dia mendengar teriakan Helen. Takut ‘sakit’ gadis itu kumat, dia segera masuk ke kamar. Melihat posisi ambigu Helen dan Darian, Gavin mula-mula terkejut dan hanya bisa diam di ambang pintu, lalu dia berjalan mendekat, dan menarik tangan Helen. Helen terkejut karena ditarik sampai berdiri. Amarahnya hampir keluar karena ada yang berani mencengkeram tangannya. Saat tahu kalau Gavin yang melakukannya, ditambah ekspresi rumit di wajah pengawal pribadinya ini, Helen diam dalam kebingungan. Gavin tidak tahu kenapa tubuhnya refleks bergerak untuk menarik Helen. Itu sama sekali bukan untuk melindungi Darian yang mungkin saja mengalami trauma paska pelecehan oleh Karlos dan akan mengingat kejadian menyakitkan itu karena posisi ambigu barusan, melainkan karena dia tidak suka Helen memeluk Darian. Darah panas seketika naik ke kepala, dan sebelum dia mampu berpikir jernih, tubuhnya refleks bergerak untuk menjauhkan Helen dari Darian. Gavin tidak suka Helen memeluk pelayan kecilnya. Darian terkejut dengan wajah marah Gavin yang menatap Helen. Itu bukan tatapan pengawal pribadi terhadap tuan yang dilayaninya, tapi tatapan marah seorang kekasih yang memergoki perselingkuhan kekasihnya. Sedikit banyak Darian sudah mendengar gosip yang beredar dari pelayan cuci dan pelayan dapur tentang hubungan Gavin dan Helen. Dia tidak memercayai itu karena sangat menghormati keduanya, tapi melihat ini sekarang, dia mulai meragukan keyakinannya. "Gavin...?" tanya Helen. Gavin segera melepaskan cengkeramannya, terlihat bersalah ketika melihat tanda merah yang ditinggalkannya di pergelangan Helen. "Maafkan saya, Yang Mulia. Saya..." Darian buru-buru bangun dari kasur, masih memeluk kertas. Helen menunggu penjelasan Gavin atas tindakannya barusan. Itu di luar dugaan kalau Gavin memegang tangannya. Selama lima tahun bersama Gavin, selain saat 'sakit', bisa dihitung jari berapa kali mereka bersentuhan fisik. Bahkan di medan perang saat Gavin melindunginya dari para musuh, dan mereka bahu-membahu, itu tidak seintim barusan. "Saya ingin memberikan dekrit Yang Mulia Raja." Helen langsung teralihkan dari tindakan Gavin barusan, dan mengambil dekrit yang diberikan. Darian memanfaatkan kelengahan Helen untuk kabur. Mengambil beberapa kertas dan alat tulis, dia keluar kamar Helen, masuk ke kamarnya. Di kasur, dia menuliskan nama Helen berulang-ulang. Wajahnya sangat bahagia ketika menulis itu. Di masa depan, tulisan yang paling indah yang bisa dibuat Darian adalah 'Helen'. "Helen," ujar Darian dengan suara lirih ketika memeluk kertas, lalu menciumnya. Menyadari kebodohannya mencium kertas, Darian tersipu, lalu tertawa pelan sambil menatap kertas dengan tulisan tangan Helen yang indah. Sementara itu, di dalam kamar Helen, Gavin menunggu reaksi lawan bicaranya saat ini. "Aku tidak bisa pergi sekarang," kata Helen. "Kenapa?" "Kita harus menangkap pengkhianat kerajaan." Gavin setuju. "Aku juga sudah membicarakan itu dengan Yang Mulia Raja. Berdasarkan kertas yang kita dapat dari Yang Mulia dan Darian, mata-mata itu akan bertemu lagi dengan si pengkhianat besok. Mereka akan bertukar informasi. Kertas Darian berisi informasi tentang nama seorang b***k, dan menurut kertas itu, pengkhianat ini akan menukar gambar seorang b***k kepada mata-mata dengan imbalan beberapa keping emas. Sementara kertas Yang Mulia menunjukkan lokasi dan tempat pertukaran." Helen mengernyit. "Ini bukan b***k biasa." "Saya setuju dengan Yang Mulia." "Siapa nama b***k itu? Apa dia benar-benar ada di kerajaan kita?" "Zalfa. Dia sempat terdaftar sebagai b***k, tapi kini menghilang." Gavin yang ahli mengingat ini ternyata manusia biasa yang juga bisa lupa. Dia lupa kalau Zalfa merupakan teman ibu Darian. Helen semakin mencurigai wanita bernama Zalfa ini. "Lupakan itu. Kita harus dapatkan pengkhianat dan gambar yang diinginkan si mata-mata." "Masalahnya, setelah mata-mata itu ketahuan oleh kita, dan kertas ini juga ada bersama kita, rasanya sulit baginya untuk kembali dan melakukan transaksi dengan pengkhianat." "Kalau informasi yang dia inginkan sangat penting, bukankah dia akan kembali lagi?" "Itu mungkin saja. " "Kita harus menipu mereka berdua dengan penyamaran." Gavin tersenyum kecil. "Yang Mulia sangat polos." Helen masih berwajah datar, tapi ada gurat kesal di bawah matanya. "Apa yang salah dalam teoriku?" "Pertama, terlalu beresiko. Kedua, kita tidak tahu seperti apa fisik si pengkhianat dan mata-mata, maka tidak bisa membuat peniru untuk mengelabui mereka satu sama lain. Ketiga, waktu dan tempat telah mereka tentukan, bagaimana kalau keduanya mencapai titik temu di saat bersamaan? Bukankah artinya tidak bisa mengelabui mereka?" Helen tampak serius memikirkannya, sampai kening gadis itu berkerut sangat dalam. "Itu benar." "Kemudian, masalahnya, kabar adanya mata-mata telah diketahui beberapa pihak dan rakyat. Ada kemungkinan, pengkhianat tidak berani muncul, dan pertemuan mereka dibatalkan. Atau opsi kedua, pengkhianat dan mata-mata membuat janji temu di tempat dan waktu yang berbeda." Helen merenung lagi. Semua perkataan Gavin masuk akal. Saat berpikir itulah, Helen meraba lehernya. Ada kalung rantai dengan bandul bentuk elang melebarkan sayap. Kaki elang itu mencengkeram kertas bertuliskan Albicilla. Di bagian belakang sayap tertulis inisial 'HK'. Ini kalung milik si mata-mata yang telah diperbaiki Helen. "Gavin, apa kau tahu informasi tentang keluarga kerajaan Albicilla?"   ***    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN