Darian bagai pedang bermata dua.
***
Brian duduk di singgasananya dengan ekspresi datar, tapi di bawah matanya jelas terlihat rasa kesal yang menumpuk. Di depannya ada dua pemimpin fraksi terkuat dalam kabinet yang sedang bersitegang; fraksi Barat dan Timur.
Fraksi Timur dikepalai oleh ayah mertuanya, sementara Fraksi Barat dikepalai oleh ayah sahabatnya sekaligus sahabat ayahnya. Meskipun Perdana Menteri (ketua Fraksi Barat) memiliki peran yang paling tinggi di pemerintahan, tapi Brian sudah mengembangkan politik Demokrasi sejak dia duduk di tahta. Jabatan Perdana Menteri hanya omong kosong baginya. Mungkin karena perdana menteri di masa jabatan ayahnya dulu berkhianat dengan paman pertama, makanya, sekarang, keputusan ada di tangan Brian sendiri, dan diambil setelah mempertimbangkan pendapat dua Fraksi.
Fraksi Timur ingin mengeksekusi Helen yang menurut mereka telah membuat dua puluh nyawa melayang hanya setelah dua bulan kembali dari medan perang. Menurut fraksi Barat, bakat Helen sangat baik di medan perang, dan mereka tidak boleh menghilangkan kesempatan untuk menguasai seluruh wilayah di daratan ini seperti keinginan Raja Brian.
Untuk berdiri di puncak dunia, Brian tahu dia harus merelakan beberapa hal yang dia cintai, tapi itu tidak termasuk Helen. Kecuali Helen dan putra mahkota, Brian rela mengorbankan yang lain sekalipun dirinya sendiri dan istri yang sangat dia cintai.
"Cukup!" titah Brian. "Heli akan tetap hidup, tapi Raja ini akan mengasingkannya ke luar istana."
Ketua fraksi Timur protes, "Mengasingkan saja hanya mengganti korbannya, Yang Mulia. Selain di medan perang, Yang Mulia Heli tidak seharusnya bertemu orang lain."
Ketua fraksi Barat, atau ayah Gavin membantah, "Untuk semua prestasi Yang Mulia Heli di medan perang, bahkan menghadiahi sebuah kediaman tidak akan cukup. Kita seharusnya membuat Yang Mulia Heli terbiasa dengan khalayak, bukan malah mengucilkan dan membuat penyakitnya semakin parah."
Adu mulut terjadi lagi dari kalimat sepele itu. Saling bantah dan serang antar kedua ketua fraksi memang sudah sering terjadi, tapi Brian masih saja pusing dengan suara cempreng masing-masing pihak.
"Heli akan diasingkan ke wilayah Tirwen dekat perbatasan Barat, yakni perbatasan kerajaan kita dan kerajaan Albicilla."
"Yang Mulia, bukankah daerah itu sedang mengalami banyak konflik?" tanya ketua fraksi Barat. "Bukan hanya para bandit yang suka berbuat onar, tapi para bangsawan yang menjadi pemimpin pun sering mangkir dari titah kerajaan. Kita tidak bisa menyentuh mereka karena wilayah itu sudah dimerdekakan oleh raja terdahulu.”
Brian tahu kalau wilayah itu sudah dimerdekakan oleh ayahnya sejak dulu, dan dia tidak bisa berbuat apa-apa di sana. Dia juga tahu kalau kejahatan di wilayah itu telah merembet ke wilayah di sekitarnya dan membuat beberapa penduduk dalam naungannya menjadi menderita.
Setiap tahun Brian mengirim bahan makanan kepada rakyatnya yang tertindas, tapi setiap tahun pula para bandit yang sembunyi di ketiak bangsawan mencuri bahan makanannya. Sungguh, kalau bisa, Brian tidak ingin mengirim Helen ke sana, ke wilayah yang kabarnya sudah membuka kerja sama ke beberapa kerajaan lain dan berpotensi mengkhianati kerajaannya, tapi, dia juga tidak bisa membiarkan Helen mati di tangan Fraksi Timur.
Fraksi Timur tampaknya senang mendengar keputusan ini karena mereka tahu desa itu berkonflik. Kalau Helen mati di sana, itu malah bagus. Karenanya, ketua Fraksi Timur berkata, "Yang Mulia Heli sangat kuat, tentu saja itu bukan masalah baginya."
"Tapi tempramen Yang Mulia Heli bisa menyebabkan konflik dengan Kerajaan yang berbatasan dengan wilayah itu. Bagaimana kalau Yang Mulia Heli tanpa sengaja membunuh prajurit musuh di garis perbatasan, dan memicu perang?"
Ketua Fraksi Timur membalas, "Kalau memang harus perang, itu bukan masalah. Kita punya prajurit yang tangguh, yang bahkan sudah menaklukkan dua Kerajaan dalam lima tahun ini. Pada pertempuran terakhir, bahkan Yang Mulia Heli ikut turun tangan."
Fraksi Barat, "Kita baru saja berperang menaklukkan kerajaan Anakon, dan butuh waktu untuk memulihkan stamina para prajurit. Kita tidak bisa memicu perang sekarang."
Perdebatan terjadi lagi, Brian memijat pelipisnya.
"Sudah kuputuskan!" teriak Brian. "Heli akan dikirim ke wilayah Tirwen."
Sebenarnya ada dua akibat dari keputusannya ini. Yang pertama, nyawa Helen mungkin dalam bahaya saat memasuki wilayah Tirwen, dan seperti kata perdana menteri, itu bisa memicu perang. Yang kedua, Helen bisa mendapatkan nama baiknya jika menyelesaikan konflik di daerah itu. Jika yang terjadi yang pertama, itu masih lebih baik daripada Helen mati sekarang karena desakan fraksi Timur. Jika keadaan kedua yang terjadi, maka tidak saja Helen mendapat nama baik, untuk ke depannya, fraksi Timur pun akan berpikir ulang untuk meminta eksekusi Helen. Pilihan mana pun, Helen tetap harus meninggalkan istana. Brian hanya bisa memercayai kemampuan Helen untuk misi ini.
Brian menyeringai. Akan lebih baik jika Helen bisa menaklukkan Tirwen, karena lokasi wilayah itu sangat strategis; berbatasan dengan beberapa kerajaan lain.
***
Dekrit raja datang seminggu kemudian setelah kondisi fisik Helen dan Darian mulai lebih baik. Gavin yang menerima dekrit itu pertama kali ketika dipanggil ke istana oleh Brian.
Sementara Gavin dalam perjalanan kembali ke kediaman, pelayan dan tuan itu sedang di kamar Helen, tepatnya duduk bersisian di kursi belajar.
Darian tersenyum kecil, lalu mengambil alat tulis dan kertas. Tampak tangannya yang masih ada beberapa bekas luka, dan tiga jari kirinya diperban.
Tabib tidak berhasil menemukan penawar racun untuk Helen, tapi ajaibnya, tubuh gadis itu pulih dari racun setelah tiga hari. Sepertinya setelah racun lima tahun lalu, tubuh Helen sedikit kebal dengan racun lain. Gavin dan tabib masih menyelidiki ini diam-diam.
"Apa yang harus dilakukan pertama-tama, Tuan Yang Mulia?"
Helen mengambil kertas dan alat tulis, mulai menulis. "Pelajari alfabet."
Darian lebih mendekat ke tuannya untuk melihat yang tertulis di kertas, tapi aroma vanila dari tubuh Helen malah membuat konsentrasinya sedikit terganggu.
"Kau harus meniru yang kutulis, sambil mengeja hurufnya. Ikuti ucapanku."
Darian berdeham pelan, mengangguk. "Pelayan Kecil ini akan selalu mengikuti Tuan Yang Mulia."
Helen diam sejenak, memerhatikan wajah Darian yang memar, juga sudut mulut anak itu yang luka. Sudah seminggu, dan keadaan Darian sudah lebih baik, tapi bekas-bekas lukanya masih membuat hati Helen panas setiap kali menatap anak itu.
Meski Karlos sudah mati, Helen masih belum puas. Kalau bisa, dia ingin membunuh semua keluarga Karlos, bahkan para sipir di penjara juga. Kalau bukan karena Darian selalu di sisinya, mungkin Helen sudah mengamuk dan melaksanakan keinginan terdalamnya tersebut.
Mengabaikan sisi marahnya yang ingin keluar, Helen menuliskan alfabet sambil mengeja. "Ini A."
"A," ulang Darian.
"B."
"B."
Darian mengulang membaca sambil menulis. Dia sesekali akan salah fokus oleh tulisan Helen yang cantik, atau wajah Helen yang cantik, atau netra hijaunya yang cantik... Hei, kenapa semua yang ada pada tuannya sekarang terlihat cantik?
Haruskah aku mengubah Tuan Yang Mulia menjadi Tuan Yang Cantik mulai sekarang?
"Salah!" kata Helen. "Seperti ini."
Darian tertegun saat Helen seperti memeluknya dari belakang, lalu tangan hangat gadis itu memegangi tangannya untuk membimbing menulis huruf di kertas. Dia tidak bisa konsentrasi karena wangi Helen benar-benar membuat pikirannya kacau. Dia sesekali melirik leher gadis itu yang jenjang, benar-benar mirip seperti leher seorang wanita. Mungkin karena alasan ini tuannya selalu memakai kerah yang tinggi atau jubah besar yang menutupi lehernya.
Segera Darian menutup hidung dengan tangan yang bebas untuk mencegah pikiran liarnya mendominasi. Ini salah parfum Helen yang sedikit merangsangnya.
Helen menyadari Darian menutup hidung, dia jadi mengernyit. "Apa aku bau?"
***