Kawasan kampus terlihat ramai, orang-orang tampak berjalan, berkumpul ataupun berdiskusi dengan topik yang berbeda sampai dimana sosok Damon melewati kawasan itu membuat sepasang mata green menatap nya kagum.
"Sonya, dia itu sahabat mu kan?" tanya wanita itu sembari menyentuh sudut lengan Sonya yang asik dengan pekerjaan nya. Hmm-- gumam gadis itu tanpa peduli dengan pertanyaan itu.
"Harusnya kau membantuku untuk dekat dengan nya." Dan iya itu tersenyum saat Sonya menoleh ke arah nya.
"Oh--Elena jangan bodoh. Kau sangat tau siapa Damon dan lihat saja dia tidak peduli dengan gadis manapun." Sonya melihat pria itu terlalu santai melewati gerombolan kaum hawa yang menatap nya dengan rasa penasaran.
"Karna itu, aku membutuhkan mu Sonya. Bagaimana kalau kita taruhan?" tanya Elena dengan wajah yang meyakinkan lalu melihat senyuman lirik dari Sonya.
"Taruhan?"
"Yap!! Kita bertarung secara sehat Sonya, jika musim panas ini nilai ku bisa mencapai nilai mu maka kau harus membantu ku untuk dekat dengan Damon. Tapi jika nilai mu jauh lebih baik dari ku, maka aku akan memberikan apapun untuk mu." Elena memandang serius ke arah Sonya, gadis itu menggeleng tidak setuju.
"Ingat Sonya, nasib mu di tangan ku. Jika aku ingin maka aku bisa saja membuat mu keluar dari sekolah ini." Elena tampak mengancam Sonya membuat gadis itu seakan tidak bisa bicara banyak. Yah, Elena termasuk seorang wanita yang cukup berpengaruh di kampus tersebut karna orang tua nya termasuk pejabat yang ada di dalam sana.
"Aku akan memberikan mu waktu satu minggu." Elena beranjak dari tempatnya dan membiarkan Sonya disana sendiri untuk memutuskan hal yang seharusnya tidak ia lakukan. Bagaimana bisa ia memaksa Damon untuk berpacaran dengan wanita bebas seperti Elena, Damon tidak suka itu bahkan ia dan Damon sama sekali tidak memiliki hubungan sejauh itu. Kedekatan mereka murni persahabatan dan selamanya ia akan menjadi sahabat di bagian hidup Damon.
"Mungkin aku bisa bicarakan pada Damon." Sonya mengetik ponsel nya lalu berniat untuk bertemu pria tersebut guna membicarakan masalah yang sedang ia hadapi. Sangat tidak layak jika ia memaksa Damon apalagi menjebak sahabat sendiri bukan?
Sementara Ruth kini berada di dalam kelas sembari menunggu Mariah datang tanpa tau apa yang sudah terjadi malam itu, ia harus mempertanyakan banyak hal dan berkali-kali ia terus memperhatikan pintu kelas.
"Mariah." Panggil Ruth saat melihat gadis itu berdiri di depan kelas sambil mendekati Ruth dengan pelan.
"Kau pagi sekali Ruth." Mariah berusaha mengontrol emosi nya dan tersenyum ramah pada Ruth saat ini.
"Yahh, aku kira kita perlu bicara." Ruth mamsang wajah penasaran sembari memandangi senyuman yang sejujurnya penuh keterpaksaan tersebut.
"Ada apa ? Kau serius sekali." Mariah menyisipkan rambutnya dan meletakkan beberapa buku di atas meja.
"Soal malam itu, apa Damon yang membawa ku pulang?" tanya Ruth membuat Mariah langsung memudarkan senyuman nya dan menatap wajah Ruth cukup lama.
"Hmm--- ya dia mengantarkan kita pulang satu persatu. Kita semua mabuk Ruth terutama kau dan apa yang terjadi ?" Mariah memancing untuk menemukan sebuah jawaban yang bersarang dk kepalanya saat ini.
"Tidak, aku hanya-----"
"Permisi. Apa aku bisa duduk disini?x tanya Seorang pria sembari menunjuk sebuah kursi yang berada di sisi kiri Ruth membuat percakapan mereka berhenti. Huhh?? Ruth menoleh sembari menatap wajah pria yang tampak asing tersebut.
"Ehmm, maaf disini tempat duduk teman ku." Jawab Ruth sembari melihat pria asing tersebut. Sementara sepasang mata yang memperhatikan mereka tampak menunjukkan sebuah senyuman lega dari balik kaca kelas yang cukup besar.
"Ternyata itu memang kau Ruth, syukurlah kau baik-baik saja sekarang." Pria itu merasakan betapa leganya ia sekarang lalu membalikkan tubuhnya dan tanpa sengaja matanya sekarang bertemu dengan sosok bermata hazel, pria yang cukup ia kenal sangat lama dan sosok sumber yang menjadi masalah di keluarga Stefano sekitar tujuh tahun yang lalu.
"Aku hanya ingin memastikan gadis itu baik-baik saja dan tidak lebih." Seru pria itu sembari melihat Damon perlahan mendekatinya sembari melepas kacamatanya.
"Kau harus tepati janji mu James, jangan coba-coba menjadi penghianat atau aku dan Ayah Troy tidak akan memberikan mu kesempatan hidup." Damon menatap mata green pria itu dengan penuh ketegangan lalu mengalihkannya ke arah Ruth yang kini kembali bicara bersama Mariah.
Damon sedikit bergeser dan berjalan menjauhi James yang hanya terdiam sembari menatap punggung pria itu cukup lama.
Ruth langsung menoleh ke arah pintu saat melihat Damon masuk, Ia segera menunduk saat mata hazel itu melirik ke arah nya dan tanpa disadari Mariah benar-benar memperhatikan itu semua dengan rasa yang muak.
"Tampak nya ada sesuatu di antara mereka dan gadis ini pasti menggoda Damon, dasar murahan dan menjijikkan, lantas kau menanyakan perasaan ku terhadap Damon." Mariah meremas buku yang ia pegang dengan kuat sembari menatap Ruth yang terlihat salah tingkah.
"Dia benar-benar tidak tertarik dengan ku bahkan setelah melepaskan pakaian dari tubuhku, Kalau begitu aku harus benar-benar melupakan perasaan sialan ini."Ruth mengehela nafas lalu fokus pada buku-buku yang ada di depan nya saat ini.
"Oh ya Ruth, apa kau kenal Neels?" tanya Mariah membuat gadis itu mengerutkan kening untuk mengingat pria yang baru saja di sebutkan oleh Mariah.
"Oh---maaf aku lupa kalau kalian belum berkenalan, dia melihat mu di club dan tertarik pada mu, mungkin kau berniat berkenalan dengan nya Ruth?" tanya Mariah membuat gadis itu diam dan sekali lagi melirik ke arah Damon. Gadis itu mengulum bibirnya lalu mengangguk tanpa ragu dengan tawaran Mariah.
"Hm-- mungkin saja dia bisa membuat ku untuk melupakan Damon, tidak ada salah nya mencoba dan jika mungkin tidak sesuai setidaknya aku berteman." Batin Ruth sembari melihat dosen yang kini berada di tempatnya dan siap untuk memberi materi.
__________
Malam harinya...
Ruth memiringkan posisinya sembari memperhatikan sebuah foto seseorang yang sedang membuat hatinya kalang kabut. Ia tersenyum tipis saat melihat foto itu lalu menenggelamkan wajah nya di bantal yang empuk.
"Ruth, ayolah kau pasti bisa melupakannya, perasaan ini salah. Damon tidak mencintai mu dan kau harus sadar kalaupun itu terjadi, ayah tidak akan setuju, kau harus sadar diri Ruth." Gadis itu memukul kepalanya dengan kuat berharap semua fikiran itu musnah dengan sendirinya saat ini. Sementara Damon tampak baru saja selesai menyelesaikan sebuah lukisan yang terlihat sempurna. Ia mengusap lukisan itu sembari tersenyum tipis, menghela nafas lalu memandangi hasil lukisan itu cukup lama.
"Aku tidak tau sampai kapan menjaga jarak seperti ini Ruth, yang jelas selama itu juga aku akan memastikan kau tetap aman dan kau tetap menjadi milikku." Damon membuka lembar buku-buku tersebut dan melihat begitu banyak nya wajah Ruth disana, begitu lamanya ia memuja gadis itu berdiam diri dengan semua perasaan yang sangat dalam. Damon memperhatikan jam yang terpasang di tangan nya dan mengingat sebuah janji bersama Sonya, ia segera menutup buku tersebut dan entah kenapa kali ini sungguh ia ingin membawa buku itu bersamanya. Pria itu melirik ke kamar Ruth yang tertutup rapat lalu memeriksa ponselnya, ia mengirim pesan pada seseorang lalu segera meninggalkan rumah tersebut dengan perasaan santai.