Derren baru kembali dari melakukan meeting di salah satu hotel yang jaraknya tidak jauh dari gedung perusahaannya. Ditemani Indah, akhirnya pria itu bisa melakukan negosiasi dengan investor yang cukup membuat Derren lelah dalam menghadapinya. Kalau ia menuruti ego, maka lebih memilih tidak meladeni jenis investor rewel, tapi kalau ingat perusahaan ini bukan hanya menyangkut hidupnya Derren tidak pantas untuk mengeluh. “Apa anda mau minum kopi, Pak Derren?” tanya Indah sebelum pria itu masuk ke ruang kerjanya. “Boleh, tolong gulanya jangan terlalu banyak. Kepala saya cukup pening setelah meeting tadi.” Indah mengangguk paham, “Baik Pak, sebentar lagi saya bawakan ke ruangan.” “Terima kasih, Ndah.” Derren masuk ke ruang kerjanya, menarik dasi yang sedikit mencekik leher padahal sebelumn

