Billy menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya. Keringat dingin masih membasahi pelipisnya, tetapi ia memaksa dirinya untuk fokus. Dalam hati, ia terus mengulang nama lengkap Jeni dan nama ayahnya. "Aku harus berhasil mengucapkannya. Harus sah. Tidak boleh ada kesalahan lagi." Ia menggenggam erat kedua tangannya di atas paha, berusaha menstabilkan perasaannya. Jeni di sebelahnya masih menunduk, tapi dari sudut matanya, Billy tahu Jeni sedang menahan amarah. Beberapa detik berlalu, akhirnya Billy mendongak dan berkata dengan suara lebih tegas, "Saya siap mengucapkan ijab kabul lagi." Penghulu menatap Billy dengan tenang, kemudian berkata, "Baik. Sebelum kita lanjut, saya ingin mengingatkan kembali. Dalam ijab kabul, yang terpenting adalah kesempurnaan lafal dan keyakinan dalam h

