Bab 14

1542 Kata
Merasa sudah lelah dan bosan karena hanya duduk diam menunggu di ruang tunggu Samuel, Vanya akhirnya memutuskan untuk berjalan keluar dari ruangan tersebut. Begitu membuka pintu, pemandangan yang muncul dalam penglihatan Vanya adalah berbagai macam peralatan syuting serta orang-orang yang begitu ramai dengan tugas mereka masing-masing. “Halo Mba Vanya,” sapa beberapa crew yang memang sudah cukup mengenal Vanya. Vanya tersenyum ramah pada beberapa orang yang menyapanya. Sesekali ia ikut menyapa orang-orang yang sudah sangat ia kenal. Saat kecil dirinya memang cukup dekat dengan Papanya, itulah kenapa hingga di bangku SMA Vanya masih suka ikut Papanya ke lokasi syuting dan membuatnya jadi akrab dengan beberapa crew yang sudah sering bekerja sama dengan Papanya. “Loh ada Vanya ternyata,” sapa salah seorang wanita yang sudah sangat dikenali oleh Vanya. Vanya tersenyum pada wanita cantik yang berusia kisaran empat puluh tahun itu. “Tante Tanty apa kabar? Udah lama loh kita nggak ketemu,” ujar Vanya bersemangat menyapa wanita yang berprofesi sebagai desainer produksi yang bertanggung jawab atas desain set, properti dan kostum dalam proyek film baru yang digarap Papanya ini. Wanita bernama Tanty itu tersenyum dan mengusap lembut bahu Vanya yang berdiri di hadapannya ini. “Kabar tante baik dong. Udah lama loh nggak lihat kamu main ke lokasi syuting Papa kamu. Bareng siapa ke sini?” Vanya nampak kebingungan menjawab pertanyaan dari wanita di hadapannya ini. Ia kemudian mengedarkan pandangan seakan tengah mencari seseorang hingga matanya kemudian tertuju pada area di dekat taman yang berjarak beberapa meter darinya. Di sana terlihat Samuel yang sedang beradu akting dengan beberapa aktor dan aktris yang juga cukup terkenal saat ini. Tanty mengikuti arah pandang Vanya yang kemudian membuatnya langsung tersenyum penuh arti. “Oooooo ke sini bareng Samuel ternyata.” Vanya hanya bisa tersenyum canggung menanggapi perkataan Tante Tanty. Ia tentu saja sangat ingin menyangkal hal tersebut, namun mengingat janjinya dengan Papanya membuat Vanya hanya bisa diam saja. “Ya udah kalau gitu. Tante pergi dulu ya, masih ada kerjaan yang harus diurus.” Vanya segera memberikan anggukan. “Oke tante,” jawabnya. Tanty segera berjalan pergi, meninggalkan Vanya yang akhirnya hanya berdiri sendirian di tengah kerumunan para crew yang masih sibuk dengan pekerjaan mereka. Pandangannya kemudian tertuju pada Papanya yang nampak sedang fokus memperhatikan layar monitor untuk mengontrol akting para aktor yang sedang syuting saat ini. “Mba Vanya,” panggil seseorang yang membuat Vanya sedikit terkejut. Ia segera mengarahkan pandangannya ke arah samping dimana terlihat seorang pria yang sudah berdiri di sampingnya. Vanya tentu saja mengingat pria yang berdiri di sampingnya saat ini. Dia adalah pria yang pernah Vanya temui ketika Samuel menjemputnya untuk pertama kali waktu itu. Kalau Vanya tidak salah ingat pria ini adalah Tino asisten Samuel Jonathan. “Duduk di sana aja Mba, tadi Samuel udah nyiapin makan malam juga untuk Mba. Tadi saya mau manggil Mba di dalam ruangan, tapi kata Samuel biarin Mba istirahat dulu,” jelas Tino. Perkataan Tino membuat Vanya melirik sebentar ke arah Samuel yang masih serius berakting saat ini sebelum akhirnya ia mengikuti langkah Tino menuju sebuah tenda kecil yang berjarak beberapa meter dari tempatnya berdiri saat ini. Begitu sampai di dalam tenda kecil itu, ada pria lain yang Vanya ingat bernama Putra Manajer Samuel. Pria itu nampak duduk santai di sebuah kursi sambil memegang sebuah ipad di tangannya. Dengan ekspresi datar, pria itu hanya melirik sebentar ke arah Vanya sebelum akhirnya kembali fokus pada benda pipih di tangannya itu. Vanya berusaha mengabaikan pria itu dan segera duduk di salah satu kursi yang sudah disiapkan oleh Tino. Setelah Vanya sudah duduk di tempatnya, Tino terlihat berjalan menuju meja kecil yang ada di sudut tenda. Di atas meja tersebut terdapat beberapa kotak makanan yang sudah disiapkan. “Jangan ambil yang itu, itu punya Samuel,” ucap Putra ketika melihat Tino mengambil salah satu kotak makanan. Ia kemudian berdiri dan mengambil kotak makanan yang lain lalu memberikannya pada Tino. “Ambil yang ini aja.” Tino terlihat mengerutkan alisnya nampak kebingungan. “Kan sama aja kotak makannya,” ujarnya nampa memprotes. Putra yang mendengar itu memberikan gelengan. “Kotaknya emang sama, tapi isi di dalamnya beda. Kotak yang kamu ambil tadi isinya udang balado kesukaan Samuel. Dari kemarin dia emang udah pingin makan menu itu,” jelasnya. Mendengar percakapan kedua pria itu membuat Vanya ikut melirik ke arah mereka. “Aku alergi udang,” ujar Vanya ikut menimpali. Mendengar hal tersebut, Tino akhirnya meletakkan kembali kotak makanan di tangannya dan meraih kotak yang disodorkan oleh Putra itu. Ia segera membawa kotak tersebut pada Vanya agar gadis itu bisa makan. “Makasih,” ucap Vanya yang kemudian menerima kotak makan tersebut. Jujur ia sudah sangat lapar saat ini, makanya ia menerima dengan suka rela makanan yang sudah disiapkan untuknya walau keberadaannya disini adalah sebuah keterpaksaan. Di tengah aktivitas Vanya menyantap makanan yang ada di tangannya saat ini, pandangannya kembali beralih ke arah area syuting. Ia memperhatikan Samuel yang saat ini sedang begitu fokus dalam pekerjaannya. Pria itu terlihat sangat serius berakting dan begitu cekatan melakukan beberapa adegan action yang lumayan berbahaya. Pokoknya nanti setelah aku udah jadi aktor terkenal, aku bakal selalu ajak kamu ke lokasi syuting. Kamu harus lihat kerennya pacar kamu ini pas lagi jadi mode aktor yang lagi berakting. Vanya tertawa miris ketika tiba-tiba otaknya kembali mengingat perkataan Samuel lima tahun yang lalu. Siapa sangka saat ini dirinya benar-benar datang ke lokasi syuting dan duduk melihat secara langsung Samuel Jonathan melakukan beberapa adegan di lokasi syuting. Hanya saja statusnya saat ini bukan benar-benar kekasih pria itu, melainkan hanyalah kekasih sandiwara. “CUT” Teriakan Dimas Salvadora membuat semua crew langsung memberikan tepuk tangan meriah sebagai apresiasi pada Samuel Jonathan yang berhasil melakukan satu adegan dalam sekali percobaan. Tino yang tadinya duduk di dekat Vanya terlihat mengambil sebuah handuk dan sebotol air kemudian berlari menghampiri Samuel yang nampak sangat kelelahan setelah menyelesaikan adegan action yang cukup melelahkan. “Bagus sekali Samuel,” puji Dimas sambil memberikan jempol pada pria itu. Samuel tersenyum puas mendengar pujian dari sutradara untuk dirinya. Sambil menerima handuk yang diberikan Tino untuk membasuh wajahnya yang berkeringat, Samuel berjalan perlahan menghampiri Om Dimas dan duduk di samping pria paru baya itu untuk menonton kembali adegan yang sudah dilakukannya tadi. Semua orang terdiam memperhatikan dengan fokus layar monitor yang memutar hasil adegan yang baru saja di rekam. Seperti yang lainnya, Samuel juga menonton dengan serius sekaligus memperhatikan akting yang sudah ia lakukan tadi. “Perfect,” ucap Dimas Salvadora begitu adegan selesai dilihat. “Kamu selalu melakukannya dengan hebat Samuel,” pujinya sambil menepuk pundak Samuel. “Makasih Om," ucap Samuel tersenyum puas. “Oke semuanya, kita istirahat tiga puluh menit lalu beralih ke set berikutnya,” ucap Dimas Salvadora sedikit berteriak pada semua crew. Mendengar hal itu semua orang mulai bubar dan merapikan set sebelum beristirahat. “Masih ada waktu tiga puluh menit, lebih baik kamu istirahat dulu sekarang,” ujar Dimas berbicara pada Samuel. Mendengar perkataan pria paru baya yang duduk di sampingnya ini membuat Samuel segera mengarahkan pandangannya ke arah tenda kecil berjarak beberapa meter dari tempatnya saat ini, yang mana tenda itu ia gunakan untuk beristirahat selama menunggu take adegan berikutnya. Mengikuti arah pandang Samuel, Dimas Salvadora tersenyum kecil melihat putrinya yang sedang menatap ke arah mereka juga saat ini. “Kalian berdua lakukan senatural mungkin ya. Kalau gitu Om ke ruang istirahat dulu.” Tidak lupa pria itu menepuk bahu Samuel lagi sebelum akhirnya berdiri dari duduknya dan berjalan pergi meninggalkan Samuel. Setelah kepergian Dimas Salvadora, Samuel segera melangkahkan kakinya menuju Vanya. Ia tidak bisa menahan senyuman melihat Vanya yang saat ini juga tengah menatap dirinya. “Papa kemana itu?” Tanya Vanya begitu Samuel sudah berdiri di hadapannya. Samuel segera menarik sebuah kursi dan duduk di samping Vanya. “Udah selesai makan?” tanya Samuel. Vanya nampak kesal mendengar pertanyaan yang diajukan Samuel padanya. “Aku nanya duluan loh,” gerutunya. Samuel tidak bisa menahan tawa mendengar perkataan gadis di hadapannya ini. “Udah mulai pake aku nih,” bisik Samuel yang sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Vanya. Vanya sedikit memundurkan tubuhnya. Entah kenapa ia sedikit merasa gugup dengan jarak tubuhnya dan Samuel yang terlalu dekat, apalagi mengingat beberapa saat yang lalu pria itu dengan kurang ajar mencium pipinya tanpa permisi. “Banyak orang di sini, kalau pake gue nanti orang curiga,” jawab Vanya ikut berbisik pelan pada Samuel. Samuel memberikan anggukan patuh dengan senyuman yang tidak luntur dari wajahnya. “Tiga puluh menit lagi mau lanjut syuting adegan berikutnya, Om Dimas mau istirahat bentar di ruangannya dia,” jelas Samuel untuk menjawab pertanyaan Vanya sebelumnya. Mendengar penjelasan pria itu membuat Vanya mengangguk paham. Melihat Vanya yang kembali terdiam membuat Samuel tiba-tiba menyandarkan kepalanya di bahu Vanya. “Ngapain sih?” tanya Vanya yang tentu saja terkejut dengan posisi Samuel saat ini. “Aku capek banget loh sayang. Istirahat bentar ya,” ujar Samuel dengan nada suara yang terdengar manja. Kali ini pria itu tidak berbisik pelan pada Vanya, seakan membiarkan beberapa crew yang berada di sekitar mereka bisa mendengar perkataannya. Menyadari Samuel yang sedang berakting saat ini membuat Vanya akhirnya hanya bisa terdiam pasrah. Ia menyadari beberapa orang sedang melirik penasaran pada mereka berdua, Vanya akhirnya mulai mengangkat tangannya lalu mengusap lembut puncak kepala Samuel yang saat ini masih bersandar nyaman di bahunya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN