Bab 5

957 Kata
"Tidak Gay. Aktor Tampan Samuel Jonathan ternyata berkencan dengan putri sutradara ternama Dimas Salvadora" Mulut Jelita langsung ternganga karena syok membaca berita pertama yang muncul pada bagian trending topik. Nyawanya bahkan serasa melayang sesaat karena rasa terkejut yang menyerangnya saat ini. “Vanya, Vanya,” panggil Rino sambil melambaikan tangannya di depan wajah gadis tersebut. Panggilan Rino membuat Vanya langsung tersadar dari lamunannya karena syok. Dengan cepat gadis itu membuka artikel tersebut untuk melihat bagaimana berita itu di tulis. Sekali lagi Vanya rasanya seperti ingin tenggelam di dasar bumi ketika melihat dua foto yang ditampilkan dari artikel tersebut. Foto pertama adalah foto Samuel yang nampak merangkul mesra pinggangnya dengan wajah mereka yang saling bertatapan dekat, lalu pada foto kedua posisi tubuh mereka nampak terlihat seperti sedang saling berciuman.Dilihat dari pakaian mereka di foto itu, Vanya langsung tahu bahwa kejadian semalam ternyata di foto oleh seorang wartawan secara diam-diam. “Gue nggak nyangka kalau sifat ketus lo ke Samuel Jonathan itu hanya pura-pura buat nutupin hubungan kalian,” ujar Rino dengan nada mengejek. Vanya mengalihkan pandangannya dan memberikan tatapan tajam pada Rino yang duduk di sampingnya itu. “Bisa diem nggak lo,” bentak Vanya dengan suara keras. Bentakan tersebut tentu saja tidak hanya mengejutkan Rino, melainkan semua orang yang ada di ruangan yang sama dengan Vanya saat ini. Ketika kembali melihat ke layar ponselnya, Vanya menyadari bahwa berita tentang hubungannya dengan Samuel benar-benar heboh di internet. Bahkan artikel yang ia baca saat ini sudah dikomentari hampir sepuluh ribu orang dengan berbagai pendapat. Pantas saja saat tiba di kantornya ia merasa terus diperhatikan oleh orang-orang sekitar ketika menuju ke ruangan divisinya. Siapa sangka dalam sehari dirinya sudah menjadi bahan perbincangan hangat semua orang yang mengenal Samuel Jonathan. “Sial banget sih gue hari ini,” gerutu Vanya yang rasanya sudah hampir ingin menangis. Ia menjatuhkan wajahnya di atas meja. Terus meratapi nasibnya yang sedang tidak beruntung hari ini. “Vanya Ria Salvadora.” Suara seseorang yang memanggil namanya dengan nada tegas membuat Vanya refleks mengangkat kepalanya dan menatap pada sumber suara itu. Ia langsung memasang senyum terpaksa ketika melihat seorang wanita dewasa yang berdiri di samping mejanya dengan melipat tangan di depan dadanya dan memberikan tatapan tajam pada Vanya. “Pa..pagi Mba Putri,” ucap Vanya sambil berusaha memberikan senyuman lebar pada atasannya itu. “Putri Sari hanya memasang wajah datar dan tidak membalas senyuman Vanya. “Ke ruangan saya sekarang,” perintahnya yang kemudian berjalan lebih dulu. Sambil menghembuskan nafas berat, Vanya segera berdiri dan mengambil ipad miliknya. Ia sempat melihat ke arah beberapa rekan kerjanya yang seperti memberikan tatapan dukungan untuk dirinya. Setelah tersenyum pada rekan kerjanya, Vanya langsung berjalan menuju ke arah ruang kerja Mba Putri. Ia bahkan menarik nafas panjang ketika berdiri di depan pintu sebelum masuk. “Mba Putri,” panggil Vanya pelan ketika sudah masuk ke dalam ruangan. “Duduk,” perintah putri menunjuk ke arah kursi yang ada di depan mejanya. Vanya segera memberikan anggukan dan langsung menepati kursi tersebut, sehingga posisi keduanya duduk berhadapan saat ini. “Ini artikel yang sudah saya buat mba, bisa diperiksa dulu.” Vanya terlihat memberikan ipadnya dengan ragu-ragu pada Putri. Wanita yang berusia lima tahun lebih tua dari Vanya itu langsung mengambil ipad yang diserahkan padanya dan mulai membaca artikel-artikel tersebut. Lima menit hanya ada kesunyian diantara kedua wanita di dalam ruangan itu. Putri fokus membaca artikel yang dibuat Vanya, sedangkan Vanya menunggu dengan perasaan was-was dan takut. Rasanya benar-benar sial bagi Vanya. Ia harus menerima amukan atasannya sebentar lagi di tengah perasaannya yang sedang tidak baik-baik saja karena berita konyol tentang dirinya dan Samuel Jonathan. ***** Seorang pria yang duduk di sebuah mobil samping pengemudi nampak tertawa bahagia melihat layar ponselnya. Ia membaca beberapa komentar dari sebuah berita yang ditampilkan dengan wajah sumringah. “Nggak nyangka ide keren lo bener-bener mujarab ternyata bro,” ujar pria yang tertawa tersebut sambil melirik ke arah kursi belakang mobil, dimana di sana dudul Samuel Jonathan yang sedang asyik membaca naskah di tangannya. Mendengar perkataan asistennya itu membuat Samuel tersenyum tipis. Ia memilih tidak mengatakan apapun dan tetap fokus pada naskah di hadapannya. “Sekarang gue udah bisa kerja dengan tenang karena nggak akan ada lagi yang bakal mencurigai gue,” ujar pria bernama Tino tersebut sambil tersenyum senang. Pria yang duduk di kursi kemudi langsung tertawa mendengar hal itu. “Emang kenapa? Lo nggak seneng digosipin sama aktor ternama di Indonesia?” “Diem lo,” ujar Tino dengan nada sinis pad apria yang duduk di sampingnya itu. Ia adalah Putra Regar sahabat baik sekaligus manajer Samuel. Beberapa hari ini Tino merasa sangat kesal tiap kali datang ke lokasi syuting menemani Samuel. Ini semua karena berita konyol tentang dirinya dan Samuel yang muncul di kalangan penggemar dan netizen. Bagaimana bisa pria normal sepertinya dan Samuel malah digosipkan menjalin hubungan hanya karena Samuel tidak pernah terlihat menjalin hubungan dengan wanita. “By the way gue penasaran deh bro. Kenapa nggak pake cewek lain aja untuk berita hubungan lo? Kenapa malah ngejebak anaknya Om Dimas sih?” Tanya Tino penasaran. “Padahal setahu gue dia itu nggak suka banget sama loh.” “Cewek mana yang nggak seneng digosipkan dengan seorang Samuel Jonathan?” Tanya Putra dengan nada memuji. Samuel tersenyum penuh arti mendengar perkataan Manajer dan Asistennya tersebut. “Nggak ada cewek lain yang lebih cocok selain dia,” jawabnya. Jawaban tersebut tentu saja tidak memuaskan rasa penasaran kedua pria yang duduk di depan Samuel saat ini. Namun, mereka sama-sama memilih diam dan tidak bertanya lebih dalam lagi karena paham betul sifat Samuel. “Oh iya, gue lupa bilang sama lo. Tadi pas lo masih syuting Om Dimas nelpon, dia bilang beres semua kerjaan hari ini tolong dateng ke rumahnya.” Samuel langsung memberikan anggukan sebagai jawaban.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN