Bab 4

808 Kata
Matahari bergerak naik ke atas langit, menjalankan tugasnya untuk mulai menyinari bumi menggantikan tugas bulan. Di atas ranjang berukuran queen size, tampak Vanya berbaring nyaman dengan tubuh yang masih mengenakan gaun yang sama dengan semalam saat ia menghadiri gala premier. Silau cahaya matahari yang mulai menyentuh wajahnya mulai mengganggu tidur nyamannya. Perlahan, ia menggerakkan kelopak matanya untuk terbuka sambil merentangkan badannya yang terasa begitu kaku. Di tengah usahanya mengumpulkan nyawa setelah bangun tidur, sebuah ingatan membuat mata gadis itu langsung terbelalak dan tubuhnya refleks bangun dari pembaringan. “Astaga, gue belum nyelesaiin artikel yang harus rilis hari ini,” teriak Vanya panik. Dengan buru-buru, Vanya segera berlari ke arah kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Hanya dalam lima menit, gadis itu sudah keluar dengan tubuh yang dibalut handuk dan berlari menuju walk-in closet-nya. Berbeda dari hari biasanya, Vanya bergerak lebih cepat. Ia asal mengambil baju dan mengenakannya terburu-buru. Rambutnya disanggul asal-asalan, lalu ia memakai day cream, lip gloss, dan tak lupa sebuah kacamata yang langsung bertengger di wajahnya. Begitu merasa penampilannya sudah cukup, Vanya segera mengambil tas kerja serta ponselnya, lalu berlari keluar dari kamarnya. Ia melangkah cepat menuruni tangga dan buru-buru menuju pintu keluar. “Vanya, kamu nggak sarapan dulu,” teriak Papanya, Dimas, yang sedang duduk di meja makan. “Aku udah telat, Pa. Sarapan di jalan aja!” jawab Vanya ikut berteriak. Begitu sampai di luar rumah, Vanya langsung menuju garasi untuk mengambil mobilnya. Hanya beberapa detik, mobil berwarna putih itu sudah melaju pelan meninggalkan pekarangan rumah Dimas Salvadora. Vanya mengemudi dalam keadaan panik, sambil terus melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Berkali-kali ia merapal dalam hati, berharap tidak bertemu kemacetan di perjalanan ke kantor. Namun, harapannya hanya jadi angan. Ia menghela napas panjang, wajahnya lesu, ketika melihat kemacetan mulai mengular beberapa meter di hadapannya. “Sial,” gumam Vanya kesal. Ketika mobilnya berhenti karena macet, buru-buru Vanya membuka ponselnya untuk mengirim pesan pada rekan kerjanya, menanyakan apakah atasannya sudah tiba di kantor. From Rino: Mba Putri belum dateng. kamu di mana? Vanya menghela napas lega membaca pesan itu. Setidaknya ia bisa sedikit mengurangi rasa paniknya karena ternyata atasannya belum datang. Ketika kembali fokus memperhatikan jalanan, tanpa sengaja pandangan Vanya tertuju pada sebuah billboard di pinggir jalan. Di papan iklan tersebut tampak foto Samuel Jonathan yang terlihat tampan, memegang produk yang ia iklankan. “Rusak mata gue. Baru pagi-pagi udah ngeliatin muka tuh cowok rese,” gerutu Vanya sambil mendengus. Tanpa dicegah, kejadian semalam kembali melintas di pikirannya. Ia kembali teringat bagaimana pria itu tiba-tiba merangkul pinggangnya hingga tubuh mereka hampir menempel sempurna. Bahkan ia bisa mendengar degup jantung pria itu dengan jelas. “Vanya Ria Salvadora,” gumam Vanya sambil menggelengkan kepala dengan panik. “Ngapain sih lo mikirin tuh cowok nggak jelas? Sadar, sadar, sadar,” gerutunya kesal sambil memukuli kepalanya beberapa kali. ***** Setelah melewati kemacetan yang cukup panjang, akhirnya Vanya bisa bernapas lega karena sudah tiba di kantor. Saat ini, gadis itu sedang berada di dalam lift bersama beberapa karyawan lainnya. Suasana di dalam lift tampak begitu sunyi dan tenang. Semua orang fokus pada urusan masing-masing, begitu pula Vanya yang sedang membaca ulang artikel yang sudah ia susun di layar iPad-nya. Namun, ia merasa aneh ketika menyadari beberapa orang tampak melirik ke arahnya. Ketika ia mengangkat wajahnya untuk melihat sekitar, ia mendapati beberapa dari mereka cepat-cepat mengalihkan pandangan. “Nih orang-orang pada kenapa sih?” gumam Vanya berbisik pada diri sendiri. Raut wajahnya jelas bingung. Pintu lift akhirnya terbuka saat sampai di lantai tujuan Vanya. Berusaha mengabaikan semua tatapan, Vanya berjalan santai keluar dari lift menuju divisinya. Tapi bukan hanya di lift saja Vanya merasa ada yang aneh. Saat menelusuri lorong menuju ruangannya, ia menyadari bahwa orang-orang yang berpapasan dengannya terus memperhatikan dirinya. Bahkan, ia sempat melihat ada yang saling berbisik ketika ia lewat. “Pagi semuanya,” sapa Vanya pada rekan-rekan kerjanya, lalu berjalan ke arah meja kerjanya. “Pagi,” balas mereka dengan senyum canggung. Vanya memicingkan mata, merasa semakin heran dengan sikap semua orang. Karena sudah tidak tahan dengan rasa penasarannya, ia segera mencondongkan tubuh ke arah Rino yang duduk di sebelahnya. “Rino, orang kantor pada kenapa sih?” tanya Vanya pelan. “Kok gue ngerasa dari tadi diliatin terus sama mereka.” Pertanyaan itu membuat Rino terlihat terbatuk. Pria itu kelihatan gugup dan bingung menjawabnya. “Lo kenapa sih?” tanya Vanya yang semakin heran melihat sikap Rino. “Daripada gue jelasin, mending lo lihat aja berita yang lagi trending,” jawab Rino. Vanya mengernyitkan alis, merasa janggal. Ia langsung mengambil ponselnya dari tas, membuka browser, dan mencari tahu berita yang sedang viral. Tidak Gay. Aktor Tampan Samuel Jonathan Ternyata Berkencan dengan Putri Sutradara Ternama, Dimas Salvadora Mulut Vanya langsung menganga karena syok membaca berita yang muncul di urutan teratas trending topic. Jantungnya seperti berhenti sejenak, dan nyawanya serasa melayang karena begitu terkejut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN