Bab 6

994 Kata
Vanya yang sedang fokus menyetir mobilnya berkali-kali mendengus kesal mendengar suara tawa sahabatnya Raisa dari eraphone yang sedang terpasang di telinganya saat ini. “Bisa nggak sih berhenti ketawa. Suara lo bikin gue makin kesel tahu nggak,” gerutu Vanya. Perkataan Vanya membuat gadis yang berada di sebernag telpon itu langsung berusaha untuk meredakan tawanya tersebut. “Soryy, sorry,” ucap gadis itu. “Gue cuma nggak nyangka aja lo bisa sesial ini say.” Entah sudah berapa kali Vanya menghela nafas kasar dengan wajahnya yang nampak kusut. “Kalau sampai gue ketemu sama di Samuel itu, gue cabik-cabik mukanya.” Ia berusaha meluapkan amarah yang benar-benar membakar dirinya saat ini. “Slow baby. Lo marah-marah kaya gini juga nggak ada gunanya kan.” “Ini semua tuh gara-gara si cowok rese itu. Coba kalau malam itu dia nggak cari gara-gara sama gue, pasti wartawan nggak akan diem-diem fotoin kita berdua.” “Tapi jujur gue beneran penasaran deh beb. Itu di foto yang beredar lo berdua beneran ciuman ya? Kelihatan mesra banget lo.” “RAISA KANIA PUTRI,” teriak Vanya kesal. “Astaga Vanya, pelan-pelan bisa nggak sih ngomongnya. Kuping gue sampai kerasa ditusuk ni karena teriakan lo,” gerutu Raisa. “Ya siapa suruh lo ngomong ngawur kaya gitu?” Vanya benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran sahabatnya itu. “Kalau sampai tuh cowo beneran nyium gue malam itu. Udah gue tendang asetnya biar nggak bisa berdiri lagi.” Raisa langsung tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan absurd Vanya. “Sadis amat lo. Kasihan loh aset anak orang.” “biarin,” ucap Vanya acuh. “Tapi jujur deh. Gue mungkin percaya kalau yang ciuman itu cuma karena angle kamera doang. Tapi, buat foto yang satunya lagi, entah kenapa gue ngerasa tatapan kalian berdua itu dalem banget loh. Kerasa banget masih ada perasaan cinta masa lalu yang belum bener-bener selesai diantara kalian berdua.” Rasanya kepala Vanya benar-benar mau terbakar mendengar perkataan Raisa yang terdengar sangat tidak amsuk akal untuknya. “Nggak usah ngaco deh lo Raisa. Gue udah bener-bener move on ya dari lumpia mentah itu.” “Ya udah sih kalau emang beneran udah move on. Itu kan hanya sepenglihatan gue dari foto itu. Tapi gue lihat beritanya beneran heboh banget loh. Semua akun gosip, acara gosip dan berita bahkan variety show harian ngomongin berita ini. Bahkan berita ini trending di semua media sosial lagi. Nggak ragu sih gue sama impactnya mantan lo itu.” Kepala Vanya rasanya mau pecah mendengar perkataan Raisa. “Pokoknya gue harus segera buat klarifikasi. Lo bantu gue nyusun captionnya dong, otak gue lagi nggak bisa mikir kata-kata yang bagus,” pintah Vanya pada sahabatnya itu. “Lo mau buat klarifikasi kaya gimana? Harus ada alasan yang logis untuk situasi kalian yang kelihatan mesra di foto itu. Atau di jelasin aja kalau kalian itu dulu mantan pacar.” “NGGAK,” Jawab Vanya dengan cepat. “Gue nggak mau ada siapapun yang tahu soal hubungan gue dan cowok gila itu. Nggak sudi gue dikenal publik sebagai mantannya dia, apalagi sampai mereka tahu alasan kita putus.” “Oke, oke fine. Terus gue harus nulis apa untuk captionnya nanti? Harus ada alasan yang jelas untuk pose di foto kalian itu loh.” Vanya memijat pelan dahinya, berharap bis amengurangi rasa pusing di kepalanya saat ini karena berbagai masalah yang menimpanya. “Gue pikirin dulu deh. Nanti sampai rumah baru gue telpon lagi.” “Oke deh kalau gitu. Gue tutup ya telponnya.” “Iya.” Sambungan telepon mereka pun akhirnya terputus dan Vanya kembali fokus menyetir mobilnya menuju rumahnya. ***** Vanya berjalan memasuki rumahnya sambil memijat lehernya yang terasa begitu kaku saat ini. Namun, langkah santainya langsung terhenti ketika matanya menangkap sosok seseorang yang menjadi alasan utama kegelisahannya hari ini. “NGAPAIN LO DISINI?” Bentak Vanya dengan nada kesal sambil berjalan menuju ruang tamu rumahnya. Terlihat di sofa Papanya sedang duduk bersama Samuel yang entah sejak kapan sudah berada di rumahnya. “Hay Vanya,” Sapa Samuel yang tetap tersenyum ramah sambil melambaikan tangan ke arah Vanya. “Jaga sikap kamu Vanya,” ucap Dimas memperingati putrinya itu. “Duduk dulu baru kita bicara.” Vanya terlihat menarik nafas panjang dengan mata yang terus menatap tajam pada Samuel. Dengan sangat terpaksa ia akhirnya duduk di samping Papanya walau matanya tidak lepas memberikan tatapan tajam pada pria di hadapannya ini. “Papa undang Samuel ke rumah ini untuk membicarakan soal berita tentang kalian berdua yang sedang ramai saat ini.” Vanya langsung mengalihkan pandangan ke arah Papanya. “Berita itu bohong Pa. Aku sama sekali nggak punya hubungan sama dia,” ujar Vanya berusaha memberikan penjelasan pada Papanya. Dimas mengangguk paham pada putrinya. “Soal benar atau tidaknya berita itu Papa nggak mau ikut campur sama sekali, itu urusan kalian para anak muda. Hanya saja berita itu cukup membantu kita saat ini.” Vanya mengerutkan alisnya merasa bingung mendengar ucapan Papanya itu. “Maksud Papa apa?” “Kalian berdua tentu tahu tentang berita yang menimpa Samuel sebelumnya kan?” Samuel dan Vanya memberikan anggukan serentak untuk menjawab pertanyaan Dimas. “Berita itu sempat mempengaruhi promosi film baru yang akan rilis serta proyek yang abru akan mulai syuting. Tapi siapa sangka berita tentang hubungan asmara kalian berdua malah mematahkan semua berita miring tentang Samuel, bahkan beberapa investor dengan senang hati kembali menghubungi perusahaan,” jelas Dimas dengan nada senang. Kepala Vanya mulai merasa was-was mendengar hal tersebut. Ia benar-benar takut dengan apa yang ada di pikirannya saat ini. “Terus apa yang Papa mau sekarang?” tanya Vanya terlihat sedikit khawatir. “Kalau ternyata kalian berdua memang tidak ada hubungan apapun, Papa mau kalian tetap bersandiwara di hadapan publik sebagai pasangan kekasih. Hanya sampai proyek film yang sedang mulai syuting menyelesaikan masa promosinya.” Rencana Papanya benar-benar bagaikan bom atom yang menyerang Vanya saat ini. Ia sama sekali tidak menyangka seorang Dimas Salvadora bisa memikirkan ide segila itu hanya dmei menyelamatkan proyek filmnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN