Bab 7

952 Kata
“Kalau ternyata kalian berdua memang tidak ada hubungan apapun, Papa mau kalian tetap bersandiwara di hadapan publik sebagai pasangan kekasih. Hanya sampai proyek film yang sedang mulai syuting menyelesaikan masa promosinya.” Vanya langsung berdiri cepat dan memberikan tatapan syok pada Papanya. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran Papanya itu. “Papa mau gunain aku untuk ngamanin proyek film Papa?” Tanya Vanya dengan nada kesal. “Apa aku ini Cuma alat buat Papa?” lanjutnya bertanya. Dimas tentu saja sedikit terkejut melihat respon putrinya itu. “Duduk dulu Vanya, biar Papa jelasin ke kamu.” “NGGAK,” tolak Vanya penuh penekanan. “Aku nggak mau dengerin penjelasan apapun tentang jalan pikiran Papa saat ini. Yang pasti aku nggak setuju dengan keinginan Papa untuk bersandiwara menjalin hubungan dengan seseorang, apalagi orang itu dia,” ujarnya sambil mengarahkan telunjuknya pada Samuel yang masih terlihat duduk santai di sofa. Pria itu sama sekali tidak terlihat gelisah maupun terganggu dengan perdebatan antara Dimas Salvadora dan Vanya putrinya. “Papa sama sekali nggak pernah berpikir untuk memperalat kamu Vanya. Hanya saja saat ini tidak ada pilihan lain selain solusi tersebut. Hal ini bukan hanya menyangkut reputasi film Papa yang akan rilis, tapi juga menyangkut banyak orang yang sedang dipertaruhkan nasibnya nak.” Perkataan Papanya membuat Vanya nampak sedikit tenang walau mulai merasa semakin bingung. “Banyak orang? Maksudnya gimana sih?” “Nggak ada salahnya kalau kamu duduk dulu dan dengerin penjelasan Papa kamu Vanya.” Mendengar perkataan Samuel membuat Vanya langsung memberikan tatapan tajam pada pria yang baru bersuara itu. Walau kesal ia akhirnya hanya bisa mendengus kesal dan dengan terpaksa kembali duduk di sofa untuk mendengar apa yang akan Papanya katakan. Melihat putrinya sudah mau mendengarkannya lagi membuat Dimas Salvadora menghela nafas lega. Ia menatap dua insan muda berbeda jenis kelamin di hadapannya bergantian, dimana terlihat mereka sedang menunggu dirinya untuk mulai berbicara. “Papa tahu kamu mungkin merasa risih dan nggak mau melakukan sandiwara yang Papa minta. Hanya saja, ternyata berita tentang hubungan kalian sangat berpengaruh dengan dengan pandangan publik tentang Samuel. Kalau kalian tidak mempertahankan hubungan yang terjalin seperti berita itu, takutnya skandal yang menimpa Samuel akan kembali terkuak yang nantinya akan menjadi masalah juga untuk reputasi film yang sudah akan tayang.” Dimas kemudian menatap lekat pada putrinya Vanya, “Kalau film itu sampai gagal Vanya, bukan hanya Papa dan Samuel yang dirugikan sayang. Semua crew dan orang-orang yang bekerja keras untuk film tersebut tentu saja akan kena imbasnya juga. Mereka semua hanyalah orang-orang yang bekerja untuk keluarga mereka nak. Apa kamu tega semua usaha dan kerja keras mereka berakhir sia-sia.” Perkataan Papanya membuat Vanya langsung terdiam kaku. Jujur sejak kecil Papanya sering mengajak dirinya menemani pria itu ketika sedang melakukan syuting. Hal itu membuat Vanya cukup akrab dengan beberapa crew yang biasa bekerja dengan Papanya dan cukup tahu latar belakang kehidupan mereka. Gadis berusia 26 tahun itu mulai merasa bimbang dengan pikirannya saat ini. Kenapa harus dirinya yang terjerat gosip dengan Samuel Jonathan? Padahal banyak aktris cantik yang adalah lawan main pria itu. “Kalau emang cuma mau buat settingan hubungan untuk naikin pamor dia, mending cari cewek sesama aktris aja Pa. Kan lumayan bisa naikin nama mereka berdua.” Samuel tertawa kecil mendengar solusi lain yang diberikan Vanya. “Kalau kamu klarifikasi kita nggak punya hubungan dan hari berikutnya ada gosip terbaru aku dengan wanita lain, yang ada publik akan langsung menduga kalau itu hanyalah sebuah settingan untuk menyelamatkan pamorku,” jelas Samuel. “Yang dikatakan Samuel benar Vanya. Sekarang ini kalau bukan kamu wanita yang diketahui menjalin hubungan dengan Samuel, maka publik akan menilai bahwa hubungan yang lain hanyalah rekayasa.” Pembicaraan ini membuat kepala Vanya benar-benar mau pecah rasanya. Kenapa setelah lima tahun, ia harus kembali berurusan dengan seorang Samuel Jonathan, bahkan sampai harus kembali menjadi kekasih pria itu walaupun hanyalah sebuah sandiwara. ***** Vanya terlihat asyik mencuci piring di wastafel sambil bersenandung kecil ditemani oleh alunan musik yang diputar di ponselnya. Wajah gadis itu nampak begitu berseri dengan senyuman yang terus terpatri di wajahnya saat ini. Di tengah aktivitas gadis itu, sebuah tangan tiba-tiba bergerak pelan dari belakang tubuhnya dan langsung melingkari pinggang ramping Vanya. Hal itu tentu saja membuat gadis itu sempat terkejut sebentar, sebelum akhirnya kembali tersenyum ketika mengenali aroma parfum dari seseorang di belakangnya. “Kamu udah pulang? Gimana syutingnya lancar?” tanya Vanya nampak antusias. Ia bisa merasakan sebuah beban di area bahunya karena orang yang berada di belakangnya ini nampak menyenderkan kepalanya di sana. Sempat ada anggukan kecil dari kepala itu untuk menjawab pertanyaan Vanya. “Kamu udah dari tadi di apartemen aku?” Suara bisikan tersebut terdengar pelan mengalun di telinga Vanya. Vanya segera membalikkan tubuhnya kemudian melingkarkan tangannya di leher orang yang tengah memeluknya saat ini. Siapapun yang melihat sorot mata Vanya saat ini tentu menyadari bahwa tatapan yang diberikan olehnya adalah sebuah tatapan cinta. “Aku dateng setelah beres kuliah tadi. Oh iya aku juga masakin kamu makanan loh,” ujarnya. Pria yang saat ini memeluk Vanya nampak tersenyum lebar. “Beruntung banget seorang Samuel Jonathan punya pacar kaya kamu. Dia pasti cowok yang sangat tampan, sampai pacarnya kecintaan kaya gini.” Vanya langsung tertawa mendengar pria yang sedang memeluk erat pinggangnya ini begitu percaya diri dengan memuji ketampanannya sendiri. Tawa Vanya langsung terhenti karena gerakan tiba-tiba dari Samuel yang mengecup singkat bibirnya. Keduanya langsung terdiam dan saling menatap dalam, sebelum akhirnya entah siapa yang memulai duluan, bibir mereka sudah saling bertautan. Jantung Vanya berdegup kencang merasakan kelembutan bibir Samuel yang bergerak menyesap bibirnya. Gerakan bibir mereka yang mulanya saling melumat lembut mulai bergerak dalam tempo yang lebih cepat, seakan meluapkan rasa rindu yang ditahan setelah seharian tidak bertemu karena aktivitas mereka masing-masing.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN