112. Panglima dan Pelayan

2253 Kata

Anna menatap wadah berisi Pie Apel yang masih tergeletak di dapur sejak kemarin. Ada bekas gigitan di salah satu sisinya, mengingatkannya bahwa Sang Panglima sempat melahapnya sebelum kemudian mengembalikan dan meninggalkannya begitu saja. “Mungkin ia tidak menyukai Pie buatanku. Mungkin ia tidak menyukaiku.” Anna menggumam sambil menghela nafas dan menatap isi wadah dengan sedih. Tentu saja. Mana mungkin seorang Panglima Raja menyukai seorang pelayan. Apalagi ketika banyaknya wanita bangsawan yang mengelilingi Panglima Luca, menginginkan perhatian pria itu. Reputasinya sebagai ujung tombak armada pasukan Valorent, terkenal tidak hanya di dalam kerajaan, tapi juga hingga ke kerajaan tetanga. Apalagi Panglima Luca masih muda, dan sangat tampan. Dan karena belum sempat dikebiri sebelum

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN