Samael menarik kedua paha Ilsa terbuka. Mata biru pria itu masih tertuju ke wajah Ilsa yang terlihat merah padam dan kebingungan. Lalu, ia menundukkan wajahnya dan mencium pusat kewanitaan Ilsa. Punggung Ilsa terangkat ke posisi duduk, kepalanya mengikuti bersama dengan sebuah teriakan kaget yang terlepas dari bibirnya. Ia tidak menyangka akan apa yang dilakukan Samael. Bibir pria itu berada di daerah in-timnya dan menciuminya. Tubuh Ilsa langsung tegang karena panik. “Tenangkan dirimu, Ilsa.” Suara Samael terdengar sementara pria itu mendongak dan menatap mata Ilsa yang membelalak lebar karena kebingungan. “Tenangkan dirimu untukku.” Da-danya yang terasa sesak mengingatkan Ilsa bahwa ia rupanya menahan nafas sejak tadi. Perlahan dihembuskannya udara keluar dari hidungnya bersamaan de