Lolerei berjalan mondar mandir di dalam ruang kerja Sang Raja. Entah sudah berapa lama ia menunggu. Berbagai pikiran mulai memenuhi kepalanya. Mengapa Samael tidak juga muncul? Mengapa ia membawa Ilsa ke kamarnya? Apa sebenarnya arti bu-dak itu baginya? Semua itu hanya membuat Lolerei semakin gelisah. Ketika Samael akhirnya muncul ia langsung berjalan menghampiri pria itu. “Yang Mulia. Aku tidak melupakan ucapanmu. Tapi aku memiliki alasan untuk menghukumnya. Lihatlah. Aku bahkan memiliki bukti. Ia bersekongkol dengan pria itu. Panglima Raja yang kau cari. Ia hendak melarikan diri, Yang Mulia.” Lolerei menyodorkan kertas di tangannya, sementara Samael hanya hanya berjalan melewatinya. Pria itu akhirnya menghentikan langkahnya. Ketika akhirnya Samael membalikkan badannya, api terliha