8. Pelampiasan

1213 Kata
Hari kedua melayani Lolerei, Ilsa kembali berada di dapur untuk menyiapkan air mandi bagi selir Samael. Dengan tubuh masih terasa remuk oleh apa yang dilakukan Samael padanya semalam, gadis itu berdiri termenung di depan kompor menunggu air mendidih sementara Anna ikut terdiam di sebelahnya. Sesekali ia meringis menahan rasa sakit di tubuhnya. Ujung da-danya terasa nyeri setiap tersentuh, bahkan oleh pakaiannya sendiri. Gaun kerja berwarna coklat yang diberikan padanya memiliki serat yang kasar dan menggesek langsung ke ujung da-danya yang meradang dan tidak berpa.kaian da.lam. “Anna,” panggil Ilsa sambil mendudukkan tubuhnya keatas lantai dapur yang gelap. “Apa yang kau tahu tentang Pesta Penamaan?” Ilsa tidak bisa berhenti memikirkan tentang acara yang hendak diadakan oleh Samael dua hari lagi. Anna mengikuti aba-aba Ilsa dan ikut menghempaskan pinggulnya ke bawah. “Mengapa kau menanyakan hal itu?” tanya gadis berambut kuning itu kepada Ilsa. “Raja Samael hendak mengadakan Pesta Penamaan dua hari lagi—” “Apa?!” potong Anna dengan mata terbelalak. Tangannya menarik lengan Ilsa agar gadis itu menghadap ke arahnya. “Tidak mungkin!” serunya. Ilsa mengerutkan keningnya. “Yang Mulia mengatakannya sendiri padaku semalam. Ia hendak membawaku ke Pesta Penamaan yang akan diadakannya.” Anna menggeleng dengan mata membelalak, cengkeraman tangan wanita itu kini meremas lengan Ilsa keras, hampir menyakiti gadis itu. “Oh… Ilsa…,” desah Anna. Ucapan dan reaksi Anna mendengar Pesta Penamaan membuat Ilsa kian penasaran. “Apa sebenarnya yang terjadi di Pesta itu, Anna? Aku melihat ayah sering menghadiri Pesta Penamaan di kerajaan tetangga. Ia pergi membawa peti emas dan bu-dak lalu pulang tanpa membawa apa-apa.” Anna menarik nafas panjang beberapa kali seolah sedang berusaha menenangkan dirinya sendiri. Wanita itu selama ini merasa cukup beruntung belum pernah dibawa ke Pesta Penamaan, tapi bukan berarti ia tidak tahu apa yang terjadi pada Pesta Penamaan. Semua bu-dak tahu apa yang terjadi pada Pesta Penamaan. “Jadi…,” lanjut Anna setelah bisa menguasai kekagetannya. “Pesta Penamaan diadakan oleh Raja yang baru naik tahta. Tujuannya adalah untuk melihat siapa yang lawan dan siapa kawan. Raja baru akan menyebarkan undangan ke kerajaan tetangga, dan jika mereka mendukung posisi Raja baru, maka mereka akan hadir dengan membawa hadiah. Peti emas dan bu-dak yang jumlahnya tergantung kemampuan masing-masing kerajaan.” Ilsa mengangguk, sejauh ini blum memahami apa yang membuat Anna cemas. Raja tetangga akan memberi Samael bu-dak baru untuk dijadikan mainan. Hal yang bagus bukan? Siapa tahu mungkin pria itu akan melupakan dirinya, pikir Ilsa. “Lalu, sebagai ucapan terima kasih atas dukungan raja-raja itu, Raja yang mengadakan Pesta Penamaan, dalam hal ini Raja Samael, akan meminjamkan bu.daknya sendiri untuk melayani selama mereka menginap.” Anna menatap Ilsa tanpa berkedip. “Melayani dalam arti melakukan apapun yang mereka perintahkan,” lanjutnya pelan. “ Apapun. Kau paham, Ilsa?” Jantung Ilsa mendadak terjatuh dari tempatnya mendengar kelanjutan cerita Anna. “Tapi… bu-dak Raja Samael… hanya diriku…,” bisik Ilsa pelan. “Tepat sekali, Ilsa. Dan melihat dari reputasi Raja Samael, bisa dipastikan akan ada banyak Raja yang datang memberi dukungan. Apalagi mereka pasti sudah mendengar nasib yang menimpa dirimu. Reputasi akan kecantikanmu tidak asing di telinga raja-raja itu. Berapa banyak lamaran yang pernah kau tolak ketika dirimu masih menjadi Putri Volarent? Penolakan bukan sesuatu yang dilupakan oleh sorang Raja, Ilsa. Bisa dipastikan, sekarang mereka pasti berlomba-lomba untuk menidurimu.” Ilsa bisa merasakan nafasnya yang berhenti di tenggorokan mendengar penjelasan Anna. “Aku lebih baik mati, Anna,” desis Ilsa dengan wajah mulai memerah menahan air mata yang mulai membayang. “Kau perlu memohon, Ilsa. Kepada Raja Samael. Aku tidak mengira ia akan mengadakan Pesta Penamaan mengingat bagaimana ia membenci perbu-dakan. Tapi… entahlah… mungkin semua raja tidak berbeda juga akhirnya. Jadi memohonlah. Agar ia tidak memperkenalkanmu di pesta sebagai bu-daknya. Lakukan apapun untuk merubah pikirannya, Ilsa.” Suara air yang menggelegak di panci mengalihkan perhatian keduanya. Ilsa memendam ketakutannya dalam-dalam karena sekarang masih ada tugas yang harus di lakukannya. Menyiapkan mandi selir Raja. Ia mengangguk ke arah Anna. Sedikit harapan muncul. Mungkin ia bisa memelas kepada Samael untuk merubah pikirannya. “Baiklah. Akan kucoba,” ucap Ilsa sambil berdiri hendak meraih panci berisi air panas itu. “Sini, biar kubantu. Berjalan saja kau kesusahan,” sela Anna meraih salah satu pegangan panci, dan membiarkan Ilsa mengangkat yang ujung yg lain. “Terima kasih, Anna,” balas Ilsa bersyukur dirinya masih memiliki teman di tempat yang terasa bak sebuah penjara itu. Lolerei sudah menunggu dengan tangan terlipat di depan dadanya begitu Anna dan Ilsa sampai di kamar. “Sesusah apa sebenarnya menyiapkan air untuk mandi, hah?!” bentaknya ke arah Ilsa. Kedua gadis buru-buru menuangkan air panas dari panci ke dalam bak yang sudah diisi air dingin oleh Ilsa sebelumnya. “Heh! Kutu Busuk!” jerit Lolerei kali ini tepat di depan wajah Ilsa. “Kau tidak mendengar pertanyaanku?” “Ma..maafkan saya, Nona. Saya langsung membawa air panas kemari begitu mendidih,” jawab Ilsa lirih tidak paham akan apa kesalahannya. PLAK! Tangan Lolerei menampar pipi Ilsa. Keras. Hingga kepala gadis itu terhempas ke samping dengan pandangan kabur. “Apakah menurutmu aku mengada-ada?!” teriak Lolerei. “Berlutut di depanku!” Ilsa langsung menjatuhkan tubuhnya kebawah sambil masih memegangi pipinya. “Kau! Keluar!” lanjut Lolerei meneriaki Anna yang menahan nafas melihat apa yang terjadi. Tidak berani melawan, Anna meninggalkan Ilsa berdua dengan Lolerei yang sedang meradang. Entah apa yang membuat Lolerei selalu naik pitam setiap menatap Ilsa. Mungkin kenyataan bahwa, walau memakai gaun sederhana sekalipun, aura kemegahan masih terpancar dari Ilsa. Sesuatu yang tidak bisa di miliki Lolerei seberapa ia memoles tebal wajahnya dengan riasan, atau membungkus tubuhnya dengan kain-kain indah dari gaun yang diberikan Samael untuknya. Lolerei tetap merasa tidak sepadan. Ketika bersanding dengan Ilsa. Orang akan langsung bisa menilai siapa bangsawan yang sesungguhnya dan siapa bu-dak. Tapi kemarahan Lolerei perlahan mulai menguap. Apalagi ketika ia mendengar bahwa Samael akan mengadakan Pesta Penamaan sebentar lagi. Tidak mungkin Ilsa akan bisa mempertahankan cahaya bangsawannya setelah acara itu. Wanita itu tersenyum dalam hati. Raja-raja itu pasti akan menelannya bulat-bulat. “Lepas pakaianku dan mandikan diriku!” perintah Lolerei dengan kepala terangkat keatas, berusaha meninggikan derajatnya di depan Ilsa. Ilsa bangkit dan membantu wanita itu menanggalkan pakaiannya. Jemarinya yang mungil melepaskan tali-tali yang mengikat korset gaun Lolerei dan menariknya turun. Begitu tubuh Lolerei yang telanjang terpampang, Ilsa langsung menahan nafasnya. Seluruh punggung wanita itu dipenuhi oleh bekas luka yang memanjang. Bilur-bilurnya mengingatkan Ilsa akan luka yang disebabkan oleh cambuk berujung besi. Tidak hanya itu. Sebuah bekas luka yang lebar menggantikan pucuk da-da kanan wanita itu, sementara diatas d**a kirinya membekas huruf dari pemiliknya yang terdahulu. Bukan ayah Ilsa, tapi tidak jauh berbeda dengan orang-orang macam ayahnya. Ketika itulah, Ilsa langsung sadar mengapa wanita itu begitu membencinya. Sama dengan Samael. Mereka adalah orang-orang yang terlupakan. Tertindas oleh mereka yang berkuasa. Oleh orang-orang seperti ayahnya. Orang-orang seperti dirinya. Detik itu juga Ilsa akhirnya memutuskan. Jika memang mereka ingin menghukumnya, maka ia akan dengan rela menerima nya. Kadang kematian tidak cukup untuk membayarkan dendam seseorang. Kadang… kematian adalah jalan keluar yang lebih mudah daripada menghadapi kehidupan. Ilsa paham sekarang mengapa ia masih hidup ketika semua keluarganya sudah mati. Walau dirinya tidak bisa mengembalikan masa lalu Samael atau Lolerei, setidaknya ia akan merelakan dirinya untuk dijadikan pelampiasan amarah yang selama ini sudah mereka tahan. =====
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN