Ilsa terbangun dikamarnya dengan perasaan asing yang membuatnya bingung. Apakah yang terjadi semalam hanyalah mimpi? Ia bertanya-tanya dalam hati. Namun, pelukan itu. Terasa sangat nyata, ia masih bisa merasakan kehangatannya. Ilsa menutup matanya mengulang bayangan pria itu ketika ia menceritakan tentang kedua orang tuanya. Kepedihannya dan kemarahannya. Dendamnya. Da-da Ilsa kembali sesak ketika mengingatnya. Tapi kemudian, sandaran kepala pria itu ke bahunya. Ia masih ingat aroma pria itu dengan jelas, masih tersisa digaun yang dipakainya. Ilsa menunduk dan menatap tangannya sendiri. Lembutnya rambut coklat Samael masih terasa diujung-ujung jemarinya. Menyusuri kulitnya bak sebuah padang rumput di pagi hari. Tidak mungkin semua itu mimpi. Karena semunya tersimpan dengan detil