Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Vanila duduk di sofa ruang keluarga, kedua kakinya sedikit terangkat di atas bantal kecil. Televisi menyala tanpa suara, hanya menyuguhkan cahaya yang berpendar di dinding. Di pangkuannya, satu selimut tipis terlipat rapi, dan di meja ada dua gelas teh yang tak disentuh. Adrian bilang akan pulang sore tadi. Tapi hingga sekarang, pesan terakhirnya hanya, "Aku rapat sebentar, setelah ini langsung pulang." Vanila menghela napas panjang. Perutnya mulai terasa berat, dan bayi dalam kandungannya bergerak pelan seolah merespons keresahan ibunya. Ponselnya tiba-tiba berdering. Nama Adrian terpampang di layar. Akhirnya. Dengan cepat Vanila menjawab panggilan itu. Tapi begitu ia menekan tombol hijau dan mengucap, "Mas?" suaranya sedikit leg