"Mm..." Pagi itu udara terasa berbeda. Hangat, tapi menggoda. Vanila membuka matanya pelan, sinar matahari menembus tirai kamar dan menyapu kulit bahunya yang telanjang. Ia masih teringat betapa dinginnya Adrian semalam. Bukan karena marah, tetapi karena terlalu diam. Tidak banyak bicara. Tidak juga menyentuhnya. Dan itu membuat Vanila gelisah hingga tertidur sendiri. "Mhh..." Namun pagi ini, desahan napas hangat terasa di tengkuknya. Tangan kekar itu membungkus pinggangnya dengan erat. Ia tahu siapa pemilik tangan itu. Bahkan sebelum bibir lelaki itu mengecup lembut bahunya. “Mas?” Vanila berbisik tanpa menoleh. Adrian tidak menjawab. Tapi bibirnya sudah turun, menyusuri tulang bahu istrinya. Napasnya berat. Tangannya tidak sekadar memeluk, melainkan mulai menjelajah, mengusap pingga