Adrian duduk di balkon kamar hotel mereka, segelas anggur di tangan kirinya, sementara tangan kanannya mengusap lembut jari Vanila yang duduk bersandar padanya. Angin musim semi menyentuh wajah mereka, tapi tak ada yang lebih hangat dari suasana di antara keduanya. Malam itu hari terakhir keduanya berlibur. Esok mereka akan kembali dan kebersamaan hangat tak boleh sampai dilewatkannya begitu saja. “Aku masih ingat waktu pertama kali ketemu kamu,” ucap Vanila pelan, membuka obrolan. Adrian menoleh dengan senyum kecil. “Waktu kamu hampir ditabrak mobil karena lari-lari nggak jelas." “Aku nggak lari-lari, aku cuma kacau, ngerasa hancur dan kesal. Jadi jalan cepat, bukan lari.” Vanila setengah ingin tertawa kalau diingat lagi, padahal saat itu dia merasa sangat payah. “Kamu habis dipu