Kepergian Adrian Membuat Kerinduan

1120 Kata

Pagi itu, langit tampak cerah, tetapi hati Vanila justru terasa mendung. Ia duduk diam di meja makan dengan cangkir teh yang tak lagi hangat di tangannya. Di hadapannya, koper Adrian berdiri menunggu waktu keberangkatan. Adrian menatap istrinya dengan perasaan tak tenang. Kepergiannya hari ini bukan keinginan, melainkan tanggung jawab yang tak bisa ia hindari. Beberapa proyek besar di Indonesia harus ia tangani sendiri, dan sebagai CEO, keberadaannya tidak tergantikan. “Aku berangkat siang ini,” ucap Adrian pelan, mencoba membuka percakapan. Vanila mengangguk tanpa menoleh. “Aku tahu.” Jawabannya singkat, namun cukup menyiratkan bahwa ia tidak sepenuhnya ikhlas melepas kepergian sang suami. Tapi ia juga tidak ingin menjadi penghalang, tak ingin bersikap kekanak-kanakan saat tahu suamin

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN