Kerinduan Yang Membuncah

1033 Kata

Adrian baru saja selesai memeriksa laporan pasca-operasi saat asistennya datang tergesa ke ruang rawat eksekutif. “Maaf, ada yang harus Bapak lihat.” Asisten menyerahkan tablet. Di layar, muncul sebuah foto cetak ulang dari pengawasan intel yang disusupkan Verrel—gambar Adrian saat keluar dari ruang rawat di RS, ditangkap dari sudut jauh. Dikirim ke rumahnya di Indonesia. “Mereka sudah kirim ini ke rumah, ke tangan istri saya?” Suara Adrian pelan, tapi tajam. Asisten mengangguk. “Kami tak sempat menghentikannya, tapi saya dengar Bu Vanila hanya menyimpannya. Tak ada respons berlebihan.” Adrian diam. Rahangnya mengeras. Tangannya mengepal begitu kencang hingga buku-bukunya memutih. “Verrel,” gumamnya. “Dia melangkah terlalu jauh.” Ia bangkit, membuka ponselnya—tapi tak ada notifikas

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN