Kamar hotel yang disewa Viola dan Verrel dipenuhi aroma alkohol dan parfum mahal. Di atas meja, botol wine merah telah habis setengahnya. Viola duduk bersandar di sofa sambil meneguk gelas keempatnya. Tatapannya kosong, tapi dalam, menyiratkan kekacauan di kepalanya. "Apa kamu nggak capek, Vi?" tanya Verrel dari kursi seberang. Ia memijat pelipisnya. “Kamu minum terus dari tadi. Kita ke sini cuma buat istirahat, bukan buat mabuk kayak gini.” Viola tertawa kecil. Suaranya serak dan pelan. "Capek banget. Tapi lebih capek lagi lihat Adrian yang selalu dapat segalanya." "Kamu masih belum bisa move on dari dia?" Verrel meneguk air mineralnya. "Itu udah lama berlalu, Vi." "Apa maksud kamu, selamanya aku nggak akan bisa, Rel." "Bisa, banyak yang lebih dari Adrian," ujar Verrel. "Lagian mua