Vanila terbangun saat matanya menangkap sisi ranjang yang kosong. Masih hangat, tapi tak ada siapa pun di sana. Pintu kamar mandi terbuka sedikit, namun lampunya mati. Ia mengernyit, lalu duduk sambil meraih ponsel di nakas. Tak ada pesan. Tak ada notifikasi. Langkahnya membawa tubuhnya keluar kamar. Masih dengan piyama tipis dan rambut berantakan. Tapi rumah sunyi. Tak ada suara sepatu Adrian, tak ada aroma kopi atau debur shower yang biasa menyambut pagi mereka. Di meja makan, hanya ada secangkir kopi hitam setengah habis. Tak ada sarapan, tanpa catatan. Tiada kabar apa pun. Vanila berdiri di tengah ruang makan, merasa ada yang janggal. Lalu ponselnya berbunyi, hanya satu pesan masuk. Adrian : maaf harus buru-buru berangkat pagi ini. Jangan khawatir, hanya urusan mendesak. Aku akan