Ruang rapat eksekutif itu hening. Hanya suara napas dan ketukan jam dinding yang terdengar. Para pemegang saham dan dewan direksi telah hadir, wajah-wajah serius dan penuh pertanyaan memenuhi sekeliling meja panjang berbentuk oval itu. Adrian Pratama berdiri di ujung ruangan. Wajahnya tenang, tapi aura yang dipancarkan tajam dan mengintimidasi. Di tangannya, sebuah map hitam. "Sebelum kita mulai pembahasan keuangan kuartal, ada satu hal yang harus saya luruskan," ucap Adrian, suaranya rendah tapi mengunci perhatian semua orang. Wajah Leonard menegang. "Adrian, ini—" "Duduk, Leonard. Aku belum selesai." Adrian membuka map hitam itu dan melempar beberapa lembar dokumen ke meja. Tampak bukti transkrip rekaman, tangkapan layar pesan, serta hasil investigasi pribadi yang dilakukan oleh tim