Vanila baru selesai mandi. Rambutnya masih setengah basah, menjuntai ke bahu, dan tubuhnya hanya dibalut tank top putih tipis serta celana pendek berbahan satin yang nyaris menyatu dengan warna kulitnya. Ia duduk bersila di atas sofa ruang tengah, menyisiri rambut sambil membuka laptop dan beberapa lembar kertas. Adrian berdiri di ambang pintu dapur, membawa segelas kopi yang baru ia buat untuk Vanila. Tapi langkahnya terhenti. Matanya tertuju pada pundak Vanila yang terbuka, pada punggung yang melengkung saat dia membungkuk ke depan mengambil pena, dan pada garis pinggangnya yang begitu jelas membentuk lekuk menggoda. Tank top itu terlalu tipis. Terlalu jujur. Apalagi tanpa bra. Vanila menoleh cepat saat mendengar langkah kaki suaminya mendekat. “Kopi untuk aku?” tanyanya dengan senyum