“Aku duluan mandi, ya,” kata Vanila sambil menarik selimut menutupi tubuhnya. Ia duduk di tepi ranjang, rambutnya acak-acakan, dan pundaknya penuh bekas merah. Adrian yang masih berbaring menyandarkan kepala di tangannya. “Mau aku bantu?” senyumnya terbit nakal. Vanila menoleh sambil menyipitkan mata. “Mau bantu mandiin atau nambah luka baru di tubuh aku?” Adrian tertawa. “Lho, semalam kamu yang minta jangan berhenti.” Vanila memutar bola matanya lalu berdiri, menyambar robe yang tergantung di kursi. “Itu gara-gara kamu nyentuh aku waktu aku udah tidur.” Ia jalan ke kamar mandi sambil bersungut-sungut pelan, tapi wajahnya tersenyum geli. Beberapa menit kemudian, Vanila keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih basah, wajah tanpa makeup, dan ia mengenakan kaos putih longgar tanpa bra.