Setelah video call berakhir, Adrian menutup ponsel dan meletakkannya di atas meja. Ia menghela napas panjang, lalu memandangi sejenak jas kerjanya yang tergantung di sandaran kursi. Sorot matanya masih memikirkan kalimat terakhir Vanila. Permintaan itu masuk akal, tidak berlebihan, dan sangat bisa dimengerti. Ia paham betul, jika dirinya berada di posisi Vanila, ia pun akan merasakan hal yang sama. Rasa tidak tenang seperti itu bisa merusak kepercayaan jika terus dibiarkan. Ia tidak ingin Vanila memendam curiga atau rasa cemburu hanya karena satu orang yang bisa dengan mudah ia atur ulang posisinya. Pagi harinya, Adrian datang ke kantor lebih awal dari biasanya. Setibanya di ruangannya, ia langsung menghubungi kepala HR dan meminta pertemuan tertutup. Ia menjelaskan keinginannya untuk me