Aruna menatap layar laptop di hadapannya. Saat ini ia sedang menyibukkan diri dengan skripsi. Aruna memiliki target untuk lulus tahun ini. Jadi, ia harus segera menyelesaikannya tepat waktu. Aruna hanya bisa berharap jika dosen pembimbingnya mau berbaik hati untuk tidak memberinya banyak revisi.
Aruna melirik ke arah gelas kosong di atas meja. Tadi, gelas itu penuh dengan kopi. Tapi, sekarang kopi itu sudah habis diminum oleh Aruna.
Aruna menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Gue butuh kopi,” gumamnya seraya menyambar gelas itu lalu membawanya ke luar kamar.
Aruna menuruni tangga menuju lantai bawah. Di lantai bawah Aruna mendapati Hansel sedang menonton film di ruang tengah. Cowok itu terlihat sedang fokus menatap televisi. Bahkan, tampaknya dia tidak menyadari kehadiran Aruna.
Aruna hanya bisa geleng-geleng kepala melihatnya. Bagaimana mungkin Hansel bisa sesantai itu padahal dia tengah dilanda gosip yang bisa menghancurkan karirnya? Jika itu Aruna, ia pasti sudah berakhir di rumah sakit jiwa karena gila. Aruna sungguh tidak mengerti.
Aruna memutuskan untuk membuat kopi instan. Ketika hendak membawa kopi buatannya ke kamarnya, mendadak saja Aruna mendengar perutnya berbunyi, seolah mengingatkan Aruna bahwa dirinya belum makan malam.
“Kenapa harus lapar, sih?” gumamnya menunduk menatap perutnya. Dengan helaan napas dalam Aruna mengambil duduk di meja makan. Sebaiknya Aruna membeli sesuatu untuk mengisi perutnya. Lagian, Aruna juga berniat untuk begadang mengerjakan skripsinya. Aruna butuh suntikan tenaga dari makanan dan kafein.
Aruna menggulir layar ponselnya, memilih makanan apa yang hendak ia beli lewat ojek online. Lalu, tiba-tiba saja ia teringat dengan nasi goreng yang berada di dekat kampus. Aruna melihat ke arah jam digital yang ada di ponselnya. Ini masih jam setengah sembilan malam. Tidak terlalu malam untuk keluar membeli nasi goreng.
“Oke,” kata Aruna seraya bangkit dari duduk. Sambil menyeruput kopi buatannya tadi, Aruna kembali ke lantai atas untuk mengambil dompet. Aruna memutuskan untuk pergi sendiri ke warung nasi goreng yang berada di dekat kampus. Jarak dari kostnya ke warung itu cukup dekat. Jadi, lebih baik Aruna pergi sendiri tanpa bantuan ojek online.
Setelah mengambil dompetnya, Aruna kembali turun ke lantai satu. Hansel sudah tidak ada lagi di ruang tengah. Tapi, televisinya masih menyala. Tanpa memedulikan keberadaan Hansel, Aruna langsung berderap ke arah ruang tamu. Dan di depan jendela ruang tamu, Aruna mendapati Hansel sedang mengintip keadaan luar.
Aruna berdeham yang membuat Hansel menoleh ke arahnya.
“Jangan cosplay jadi hantu bisa?” kata Aruna.
Hansel menatap Aruna dengan kening berkerut, menandakan bahwa dia tidak mengerti ucapan Aruna.
Aruna menghela napas dalam. “Lo jangan ngintip kayak gitu, dikiranya rumah ini berhantu tahu!”
Hansel kembali mengintip ke luar jendela. “Ada orang yang berhenti di luar kost,” katanya pelan.
“Siapa?” tanya Aruna berjalan mendekat ke arah Hansel. “Aron?”
“Bukan,” kata Hansel kembali menatap ke arah Aruna. Cowok itu mengamati dompet yang dibawa Aruna lalu bertanya, “Lo mau keluar?”
“Iya,” jawabnya singkat. “Jaga rumah,” katanya lagi.
Ketika Aruna hendak membuka pintu, tiba-tiba saja Hansel menarik bagian belakang kaos yang dikenakan Aruna. Membuat Aruna berbalik ke arah Hansel untuk menunjukkan tinjunya.
“Jangan pegang-pegang!” kata Aruna memperingatkan Hansel.
Hansel menghela napas kasar. “Lihat keadaan luar dulu sebelum keluar,” katanya seraya mundur beberapa langkah, memberikan Aruna ruang agar bisa mengintip keadaan luar dari jendela.
Dengan gerutuan kesal Aruna akhirnya menyibakkan tirai jendela lalu mengintip keadaan luar. Dan benar kata Hansel ada seorang pengendara motor yang berhenti di depan kost. Pengendara itu mengenakan pakaian gelap dan helm fullface yang tidak memungkinkan untuk melihat wajahnya. Pengendara itu terus-terusan mengamati rumah ini.
“Apa itu wartawan?” tanya masih mengamati pengendara itu.
“Gue nggak tahu,” jawab Hansel.
Aruna menoleh ke arah Hansel dan menatap sinis cowok itu. “Dasar nyusahin,” gerutunya.
“Nyusahin?” kata Hansel tersinggung. “Kalau gue bisa milih, gue juga malas disuruh tinggal di rumah ini bareng lo sama kucing.”
Aruna berdecak. “Makanya buruan selesain masalah lo biar lo bisa angkat kaki dari sini,” balasnya.
Hansel mendengus lalu pergi dari dari ruang tamu meninggalkan Aruna.
“Dasar nggak tahu diri,” gerutu Aruna.
Aruna kembali mengamati pengendara motor yang masih berada di tempatnya tadi. Aruna jadi curiga jika pengendara motor itu adalah pencuri atau penjahat. Tapi, apa yang mau dicuri dari rumah ini? Rumah ini tidak semewah rumah yang berada di sekitar. Apa jangan-jangan pengendara motor sport itu adalah wartawan?
Dengan kesal Aruna menyambar tongsis yang berada di meja ruang tamu. Itu adalah tongsis milik Jihan, salah satu penghuni kost ini. Aruna bermaksud memukul pengendara itu dengan tongsis tersebut jika dia berani macam-macam.
Akhirnya Aruna membuka pintu ruang tamu dan keluar. Aruna masih ingin membeli nasi goreng untuk mengisi perutnya. Aruna tidak peduli dengan pengendara tersebut. Mengisi perut lebih penting dari niat jahat yang belum tentu dimiliki pengendara itu.
Aruna berjalan meninggalkan halaman dan menuju gerbang yang hanya setinggi dadanya. Pengendara tadi masih berada di atas motornya yang terparkir di depan kost Aruna. Aruna sempat melirik ke arah pengendara itu ketika keluar dari gerbang. Pengendara itu tampak sibuk dengan ponsel di tangannya. Dengan memegang erat tongsis di tangan kanan, ponsel dan dompet di tangan kiri, Aruna berjalan menyusuri gang untuk menuju penjual nasi goreng. Untung saja jalanan di sini tidak terlalu sepi. Sesekali ada pengendara motor dan mobil berseliweran di sini. Hal ini membuat Aruna sedikit tenang.
Aruna sampai di tempat penjual nasi goreng dengan selamat. Ia tidak menemukan tanda-tanda pengendara motor tadi mengikutinya. Setelah memesan nasi goreng gila, Aruna mengambil duduk di kursi yang disediakan. Sambil menunggu pesanannya jadi, Aruna menyibukkan diri dengan ponsel di tangannya. Kini tanpa sadar Aruna sudah mengetikkan keyword Hansel Archad pada kolom pencarian di internet. Aruna ingin tahu segala hal tentang cowok itu.
Aruna menemukan fakta bahwa ternyata masih ada orang-orang yang membela Hansel meskipun Hansel terkena skandal mengerikan seperti yang diberitakan. Bahkan ada yang membeberkan fakta mengenai Pamela Collins yang katanya bukan perempuan baik-baik. Ada beberapa foto yang terlampir yang memperlihatkan Pamela tengah berada di klub dan mabuk. Ada juga foto Pamela yang sedang berpelukan dan seorang pria tidak dikenal. Foto-foto itu membuat fans Hansel berspekulasi bahwa Hansel dijebak oleh Pamela demi menaikkan popularitas Pamela.
Aruna mulai mencari tahu kehidupan Hansel sebelum mencuatnya gosip pelecehan yang dilakukan oleh cowok itu. Dan Aruna hanya menemukan berita-berita baik tentang cowok itu. Seperti tentang Hansel Archad yang mengirimkan bantuan secara langsung kepada korban banjir di sekitar Jakarta. Ada juga tentang Hansel Archad yang membantu seorang ibu-ibu menyebrang jalan. Hansel Archad pernah disenggol beberapa seleb yang mengatakan bahwa aktingnya buruk. Cowok itu menanggapinya dengan santai dan berterima kasih untuk kritikan tersebut. Sikap Hansel itu menuai pujian dari warganet karena tidak terpancing oleh senggolan orang lain yang katanya hanya pansos saja. Selain itu, Hansel juga beberapa kali mengingatkan fansnya untuk tidak tersulut api dan berkomentar buruk kepada orang lain yang menjelekkan Hansel.
“Wah,” kata Aruna geleng-geleng kepala karena merasa tidak percaya dengan berita-berita baik tentang Hansel yang dibacanya di internet.
Aruna masih tidak menyerah dengan segala berita tentang Hansel. Aruna mulai mencari tahu tentang kehidupan asmara si aktor. Dalam artikel yang dibaca Aruna, Hansel hanya pernah ketahuan berpacaran tiga kali. Pacar pertama Hansel bernama Maria. Mereka berpacaran ketika Hansel masih SMA dan putus ketika Hansel memulai karir di dunia hiburan. Lalu, pacar kedua Hansel bernama Sana. Mereka berpacaran sekitar satu tahun. Lalu keduanya putus karena Sana yang melanjutkan studi ke luar negeri. Kemudian pacar ketiga Hansel bernama Shanum, seorang penyanyi. Mereka dikabarkan putus karena kesibukan masing-masing. Diketahui bahwa mereka masih berhubungan baik sampai sekarang.
“Bahkan nggak ada skandal perselingkuhan,” gumam Aruna.
Pantas saja skandal pelecehan yang dilakukan oleh Hansel begitu menggemparkan. Karena sebelumnya, Hansel memang dikenal sebagai pribadi yang sangat baik. Mungkin jika Aruna mengenal Hansel sebelum mencuatnya gosip itu, bisa jadi Aruna menjadi fans dadakan Hansel. Karena, cowok itu begitu sempurna dengan wajah tampan dan catatan bersih.
Aruna melirik tukang nasi goreng yang masih sibuk memasak pesanan pelanggan. Ya, cukup banyak orang yang mengantre di sini. Dan Aruna tidak yakin jika yang sedang digoreng adalah nasi goreng pesanannya. Dari sudut mata Aruna, ia melihat seorang pengendara motor menepi dan memarkirkan motornya di depan warung nasi goreng. Motor sport yang ditumpanginya tampak tidak asing. Sosok pengendara itu pun tampak sama seperti pengendara yang tadi berhenti di depan kost Aruna. Dan kini, Aruna yakin seratus persen jika mereka memang orang yang sama. Apa jangan-jangan pengendara itu mengikuti Aruna? Apa keselamatan Aruna saat ini sedang terancam?
Pengendara itu kini turun dari motor seraya melepas helm yang dipakainya. Aruna dapat melihat dengan jelas wajah pengendara itu. Pengendara itu memiliki wajah yang cukup tampan. Bahkan Aruna berpikir jika pria itu adalah seorang model karena dia memiliki badan yang tinggi dan tegap. Pria itu kini berjalan mendekat ke arah penjual nasi goreng untuk memesan sesuatu. Setelah itu pria itu mengambil duduk di kursi kosong yang berada di samping Aruna. Mendadak saja Aruna merasa gugup tidak jelas.
Aruna menundukkan kepala, mencoba sibuk dengan ponsel di tangannya. Aruna tidak ingin ketahuan mengamati pria di sampingnya ini.
“Hansel Archad?”
Suara dalam milik pria di samping Aruna membuat Aruna menoleh. Dilihatnya pria itu tengah menatap layar ponsel Aruna. Buru-buru Aruna membalik ponselnya, menyembunyikan layarnya dari pria itu.
“Ah, sori,” kata pria itu seakan sikapnya tadi tidak sopan. “Hanya nggak sengaja lihat.”
Aruna hanya menganggukkan kepala dan mencoba mengabaikan pria itu. Ya meskipun pria ini tampan dan rupawan, Aruna tetap harus waspada. Bagaimanapun juga, pria ini tampak mencurigakan.
“Aktor itu sedang diberitakan di mana-mana,” kata pria di samping Aruna. “Memuakkan bukan?”
Aruna menoleh ke arah pria itu. Menatap datar dan penuh ancaman. “Apa lo ngikutin gue?” tanyanya langsung.
“Hah?” tanya pria itu tampak kebingungan.
“Lo dari tadi lihatin kost gue. Apa lo sedang ngikutin gue? Lo mau ngerampok? Atau nyulik gue barangkali?” cecar Aruna seraya menatap pria itu dengan tatapan curiga.
Pria itu terkekeh pelan. Lesung pipit muncul di pipi kirinya yang mendadak membuatnya tampak tidak berbahaya sama sekali.
“Nggak kok, sumpah,” katanya ringan. “Gue sedang nyari alamat.”
Aruna masih menatap pria itu penuh curiga.
“Gue nyari alamat kost adik gue. Namanya Ary. Sepertinya dia tinggal di sekitar gang itu,” katanya menunjuk gang tempat Aruna tinggal. “Dari tadi gue nyari nggak ketemu.”
“Terus kenapa tiba-tiba lo di sini? Di tempat gue beli nasi goreng?” tanya Aruna lagi tidak begitu percaya dengan ucapan pria itu.
“Karena gue lapar.”
“Kenapa beli di sini?”
“Karena tempat ini yang paling ramai,” jawabnya yang membuat Aruna mengernyit bingung. “Biasanya yang paling ramai itu yang paling enak. Makanya gue beli di sini. Gue beneran nggak ngikutin lo. Gue bahkan nggak tahu siapa lo.”
“Terus sekarang lo mau modus minta kenalan?” tanya Aruna lagi.
Pria itu kembali terkekeh. “Nggak,” jawabnya terdengar geli. “Apa barang kali lo yang sebenarnya mau kenalan sama gue?”
Aruna mendenguskan tawa tak percaya. “Nggak lah,” balasnya.
Pria itu tersenyum tipis lalu menganggukkan kepala. “Oke,” katanya.
Aruna buru-buru bangkit dari duduk dan menghampiri penjual nasi goreng. Ia meminta agar nasi gorengnya segera dibuatkan. Dan kebetulan sekali yang sedang dibungkus oleh penjual itu adalah pesanan Aruna. Setelah membayar nasi gorengnya, Aruna langsung berjalan cepat meninggalkan warung nasi goreng itu. Sesekali Aruna menoleh ke belakang mencari pria tadi, tapi, pria itu tidak membuntutinya.
“Mungkin memang dia lagi nyari alamat,” gumam Aruna mencoba untuk berpikir positif.