Kasih mengerjapkan mata perlahan. Ia mencoba memfokuskan pandangan pada sekitarnya. Tatapannya mengarah pada infus yang berada samping kirinya. Lalu, ia mengecek tangan kirinya yang ternyata sudah terpasang infus. Kasih pun meraba masker oksigen yang terpasang menutupi hidung dan mulutnya. Apa dirinya saat ini sedang berada di rumah sakit? Tapi, bagaimana bisa? Bukankah seharusnya saat ini Kasih sudah meninggal? Kini kenangan tentang pria bernama Adipati yang datang ke rumah, membakar rumah serta berniat membunuh Kasih dan ibunya terbayang-bayang di kepala Kasih. Perasaan panik dan kalut membanjirinya. Ibunya. Di mana ibunya? “Ibu,” gumam Kasih dengan napas terengah-engah. Ia masih kesulitan bernapas. Sekujur tubuhnya terasa sakit. Terutama pada bagian lehernya. Pintu kamar rawat
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari