Chapter 92 Nadine menyesap teh jahe hangat di balkon sambil memandangi langit yang mulai berubah cerah. Udara pagi masih segar, meski pikirannya belum sepenuhnya tenang. Di layar tablet yang tergeletak di meja samping, notifikasi meeting terus berdatangan. Tapi pagi ini, ia sengaja menjadwalkan satu panggilan khusus—dengan sahabat yang lama tak terdengar kabarnya. Sambungan video call tersambung. Wajah Dira muncul di layar, tampak lebih tirus dari terakhir kali Nadine melihatnya. “Nadine…” suara Dira terdengar berat. “Aku minta maaf banget, aku enggak ada buat kamu kemarin-kemarin.” Nadine menggeleng pelan, matanya langsung terasa hangat. “Kamu enggak perlu minta maaf, Dir. Aku tahu kamu lagi urus mama.” Dira menunduk, suaranya menurun. “Iya… Mama dirawat sudah hampir tiga minggu. Ak