Nadine menghela napas panjang saat menutup laptopnya. Hari ini sangat melelahkan. Setiap kali ia ingin meluangkan waktu untuk sekadar bertemu dengan Zayn, ada saja pekerjaan yang menahannya. Rapat mendadak, revisi proyek, dan deadline yang semakin menumpuk. Begitu ia melirik jam dinding, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Ponselnya bergetar. Zayn: Aku di depan kantormu. Zayn : Kita harus bicara serius. Nadine menegang. Sudah beberapa hari ini ia menghindari pertemuan langsung dengan Zayn, karena ia tahu pembicaraan mereka pasti akan berujung ke satu topik yang sama: pernikahan. Dengan perasaan berat, Nadine meraih tasnya dan berjalan ke luar. Suasana kantor sudah sepi, banyak lampu telah padam. Nadine tidak takut, dia sudah terbiasa bahkan suatu hari ketika hendak pulang d