Nadine duduk di meja kerjanya, matanya fokus pada layar laptop, tetapi pikirannya melayang entah ke mana. Sudah hampir seminggu sejak mereka kembali dari Jepang, dan entah bagaimana, hubungannya dengan Zayn berubah. Pria itu masih sama—arogan, menyebalkan, dan terlalu percaya diri. Tapi ada sesuatu yang berbeda. Zayn lebih sering mengirim pesan. Menanyakan apakah Nadine sudah makan, menawarkan tumpangan pulang, atau bahkan sekadar mengganggu pekerjaannya dengan meme tidak penting yang membuatnya mengerutkan dahi. Dan setiap kali Nadine berpikir untuk mengambil jarak, Zayn malah semakin dekat. Ponselnya bergetar. Satu pesan masuk dari orang yang sedang memenuhi pikirannya. Zayn: Kenapa dari tadi diam? Aku bosan. Nadine mengembuskan napas, mengetik balasan cepat. Nadine: Kita sedang