Pusat Semesta Zayn Dan Nadine

1401 Kata

Pagi itu, langit Jakarta cerah seperti ingin memberi semangat. Tapi di dalam kamar utama penthouse, Nadine justru merasa sebaliknya. Di hadapannya, tergantung setelan kerja berwarna abu-abu muda yang baru saja disetrika. Blazer ringan dan celana lurus yang dulu membuatnya merasa tangguh… kini terlihat terlalu asing setelah berbulan-bulan memakai daster katun dan hoodie kebesaran. Nadine duduk di tepi ranjang, memeluk Nayla yang masih tidur pulas di pelukannya. Tangannya membelai rambut tipis putrinya, bibirnya menempel di dahi bayi mungil itu. “Ayahnya enggak tega, Sayang,” gumam Nadine pelan. “Tapi bundanya… bundanya takut lebih dari itu.” Dari ambang pintu, Zayn berdiri diam. Ia sudah siap dengan kemeja dan celana kerja, tapi belum sanggup memanggil Nadine keluar kamar. Ia tahu—hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN