Malam itu, Jakarta diselimuti hujan gerimis lembut. Suara tetesan air dari balkon penthouse menjadi latar suara yang damai. Tapi di dalam kamar, suasana jauh dari tenang. Nadine berdiri di depan cermin, membelai perut besarnya yang kini memasuki minggu ke-38. Ia mengenakan piyama panjang berbahan katun tipis. Di belakangnya, Zayn mendekat, menyentuh pundaknya. “Kamu kelihatan capek, Sayang,” bisik Zayn sambil membelai rambut Nadine perlahan. Nadine tersenyum kecil melalui pantulan cermin. “Mungkin Detak udah enggak sabar ketemu kita.” Zayn tersenyum, tapi ada kekhawatiran tipis di matanya. Ia tahu, hari besar itu semakin dekat. Dan seberapa sempurna pun mereka mempersiapkan diri, tetap saja ada ketakutan kecil—takut tidak cukup kuat, takut ada yang salah, takut kehilangan lagi. Tiba-t