Tumbuh Bersama

1294 Kata

Malam di penthouse itu sunyi. Hanya suara jam dinding yang berdetak pelan dan nyala lampu gantung di ruang makan yang menggantung seperti bulan malas di langit. Di meja makan, Nadine duduk di kursi tinggi, mengenakan piyama longgar dan rambut yang diikat asal. Nayla berada di pangkuannya, mengenakan celemek bayi bermotif bunga kecil, bibir mungilnya sudah membuka, menyambut sendok berisi bubur labu dan ayam kukus yang Nadine racik sendiri. “Ayo, Sayang… ini enak,” bisik Nadine, mendekatkan sendok perlahan. Baru sepersekian detik sebelum sendok itu menyentuh mulut Nayla, suara Zayn melesat seperti tali ketapel yang putus. “Jangan.” Nadine menghentikan gerakannya. Matanya terangkat, menatap suaminya yang berdiri di seberang meja. Tubuh Zayn tegang, rahangnya mengeras. “Apa maksudmu?” N

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN