Rumah Nadine – Pagi Itu Nadine terbangun dengan kepala yang terasa berat. Ciuman Zayn tadi malam masih terpatri dalam ingatannya. Nadine menutup mata, berusaha mengabaikan sensasi panas yang masih terasa di bibir. “Astaga… aku harus berhenti memikirkan ini.” Tapi nyatanya, semakin ia berusaha melupakan, semakin otaknya memutar ulang kejadian tadi malam. Tatapan intens Zayn, genggaman kuat kedua tangan dengan gurat otot samar di pinggangnya, bibir pria itu yang panas, menekan dengan penuh klaim dan otoritas. Nadine mengerang frustasi lalu bangkit dari tempat tidur. Ia harus mengubah strategi. Selama ini, ia selalu membalas provokasi Zayn, tetapi itu hanya membuat pria itu semakin bersemangat untuk menekannya. Jika Nadine terus menantang, Zayn akan semakin keras kepadanya. Jadi… d