Rayya menarik napasnya panjang sambil merentangkan tangan menyambut pagi yang selalu terasa syahdu dan memanjakan mata di pulau yang terlampau indah itu. Hampir dua bulan telah berlalu, banyak yang terjadi, namun belum banyak yang berubah. Well, terutama tentang keadaan Lova yang masih membatasi diri dengannya, meski pun Rayya tidak pernah menunjukkan wajah lelah atau ingin menyerah menghadapi Lova yang begitu pendiam. Alih-alih merasa kecewa atau lelah, yang muncul justru rasa iba, dan berubah menjadi kasih saat dia sering memergoki Lova menangis malam-malam di kamarnya. Bukan hanya itu saja, perasaan Rayya berkembang pesat dengan rasa sayangnya pada Lova, terutama saat dia menemani dan mengobati kaki Lova yang beberapa kali kambuh bekas cederanya dulu. Saat kaki wanita itu kamb