Rayya menarik napasnya dalam sambil menunjukkan wajah merengutnya pada pria yang masih bersidekap di depannya dengan tatapan datar. "Abang! Abang Sengaja, kan?! Jahat banget, ih! Rayya takut! Kirain orang jahat mau ngerampok!" Dan pekikan nada kesal itu seolah menyentak Rayyan, menyedotnya pada pusaran kenyataaan untuk kembali waras setelah dia tenggelam dalam khayalan yang seolah tidak memiliki dasar. Wajah pria itu langsung memucat dengan napas yang memburu, tangannya mengepal di sisi tubuhnya dengan rahang yang mengeras sempurna. Jadi, semua tadi hanya khayalannya saja? Memeluk, merengkuh, menghidu, hingga dia merasakan ketenangan dan kesenangan saat mendekap tubuh ringkih itu, semuanya tidaklah nyata? Tapi, kenapa rasanya begitu nyata? Bahkan Rayyan masih bisa mengingat wangi