Bab 75 | Suntikan Harapan

1912 Kata

Tawa itu masih terngiang indah dalam ingatan, setiap rasa masakannya masih melekat di lidah seperti baru kemarin dia dimasakkan. Bentuk perhatian dengan segala rasa kepedulian yang berbalut kekhawatiran masih basah di hatinya, luapan kasih sayang itu bahkan masih mendekap tubuhnya begitu erat. Dan Lova masih merasakan semua itu tanpa ada yang menghilang sedikit pun, memikirkan semua itu membuat tangisnya semakin tergugu. Air matanya semakin tidak bisa dia kendalikan, membuat suaminya yang sedang menyetir langsung merasa khawatir. Mereka dalam perjalanan menuju ke rumah sakit, dan sepanjang perjalanan Lova hanya terus diam, tatapannya nanar dengan air mata yang terus jatuh. “Sayang … Sudah …. Kamu sudah terus menangis dari semalam.” Bisik Galen mengusap lembut puncak kepala Lova.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN